Malam harinya dengan udara dingin yang berhembus. Arlita kembali di rumah gelapnya. Di mana dia hanya seorang diri dengan suasana yang mengerikan.
Kepalanya menoleh ke sana ke mari mencari secercah cahaya. Namun, masih tak ditemukannya. Setahu dirinya, dia tadi berada di kamar Yudith setelah bertemu dengan kedua orang tersayangnya. Tapi mengapa bisa jadi di tempat ini.
Huahahahaa
Suara tawa yang menggelegar membuat Arlita berdegup karena takut. Dia tahu, dia tahu siapa pemilik suara itu. Wajahnya yang sudah pucat bertambah pucat dengan apa yang akan terjadi sekarang.
Kau mencari apa hah?! Sudah ku bilang waktumu hanya 3 bulan!! Hahahaha
Arlita hanya bisa terpaku. Dirinya tak bisa berkutik sama sekali. Sekelebat bayangan keluarga, sahabat, dan Yudith yang mau menolongnya berputar di benaknya.
Jangan takut, aku tak akan menyakitimu. Tetapi hanya menyiksamu! Huahahahaaa jangan lupakan waktu yang akan aku renggut !
Sungguh, dia merasakan gemetar yang hebat jika saja dirinya manusia. Tapi apa daya dia hanya bisa diam terpaku dan menangis. Tak rela menerima ancaman seperti ini.
Matanya terpejam. Mencoba menghilangkan rasa sakit di dadanya yang amat sangat. Sekejap tempat gelap itu berubah menjadi terang. Dan dirinya sedang duduk menangis di sudut dinding.
Ada apa ini? Mengapa seperti ini? Daddy, mommy, help me!
°•°•°•°
Keesokan paginya Mia dan Anung berjalan memasuki pelataran rumah yang terlihat mewah. Mereka melihat ibu Arlita sedang duduk dengan pandangan kosong.
Mia dan Anung saling berpandangan sebelum mendekati ibu Arlita. Keduanya lalu kembali mendekati wanita yang sudah tidak muda lagi. Bahkan badannya seperti tak berisi sewaktu Arlita masih ada.
"Permisi," ucap Anung yang mencoba membuyarkan lamunan kosong ibu Arlita.
Matanya mengerjap, lalu segera menatap kedua orang yang ada di depannya. Cukup lama beliau memandang mereka sampai tiba-tiba air matanya mengalir deras dan mulai terisak.
Mia dan Anung bingung, seketika mereka dilanda panik. Apa yang telah mereka perbuat sampai-sampai membuat wanita ini menangis?
"Tante, ada apa? Kenapa menangis?" Mia mencoba menenangkan beliau dengan mengusap-usapkan punggungnya.
"Kalian pasti mencari Lita, kan? Aku tahu, kalian sahabat anakku yang aku sayangi," lagi dirinya terisak pelan membuat Mia dan Anung berusaha menenangkannya terlebih dahulu.
"Mari Tante, kita masuk dulu."
Meskipun sudah bertahun-tahun tak berkunjung. Mia dan Anung tahu, ibu Arlita pasti mengizinkan mereka untuk memasuki rumahnya dengan senang hati.
"Tante sebaiknya tenangkan diri dulu, kami ada perlu sebenartar. Bukan untuk mencari Arlita, tetapi ingin mengobrol dengan Tante karena sudah lama kami tidak berkunjung." Jelas Anung dengan nada lembut.
Setelah dirasa cukup tenang, Kathe segera membuka obrolan, "Baiklah, bagaimana kabar kalian?"
Mia dan Anung tersenyum lega melihat Kathe sudah bisa tenang.
"Kabar kami baik Tante, bagaimana dengan kabar Tante?"
"Seperti yang kalian lihat, saya belum bisa merelakan kepergian anak saya. Bagaimanapun dia juga tak bersalah, kenapa harus seperti ini," nada Kathe terdengar bergetar.
"Maaf, kami tidak ingin menyinggung perasaan Tante. Tapi ada yang ingin kami sampaikan kepada Tante dan keluarga lainnya." Mia menjelaskan kedatangannya.
"Ada apa?" tanya Kathe bingung.
"Tapi kami mohon Tante tenang dulu," dan hanya dibalas dengan anggukan samar oleh Kathe.
"Sebenarnya kami sudah pernah bertemu dengan Arlita. Dan dia juga menjelaskan bahwa dirinya tak apa-apa. Dia bilang dirinya sangat rindu dengan keluarganya. Tetapi dia tidak bisa menemui keluarganya karena rumah yang dulu dia tinggali bersama keluarga sudah kosong." Jelas Mia yang membuat Kathe kembali meneteskan air matanya.
"Dia juga ingin menyampaikan jika dia ingin bertemu keluarganya, agar dirinya bisa tenang. Dan kami mohon Tante bisa datang ke tempat yang kami akan beri tahu nanti."
Kathe bergeming. Selama ini, putrinya di sana merindukan dirinya dan keluarganya?
"Bagaimana kalian bisa tahu itu?"
Dan mengalirlah cerita mereka dari mulai bertemu dengan Yudith. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Membuat Mia dan Anung harus segera pulang.
"Kami harap Tante dan keluarga bisa secepatnya menghubungi kami, kami akan membantu Tante dan keluarga menemui Arlita." Lalu mereka mencium tangan Kathe untuk berpamitan.
"Salam untuk Om Ricko dan Viola, Tante. See again!"
Kathe melambaikan tangan saat mobil yang Mia dan Anung tumpangi menjauhi gerbang rumah. Dirinya lalu masuk ke dalam rumah dan segera melihat foto Arlita.
Mengusapnya dengan lembut seolah takut rapuh jika disentuh terlalu menekan. Meneteskan air mata yang menyiratkan kerinduan seorang ibu.
"Mommy akan segera menemuimu, sayang. Ibu merindukanmu,"
-------------------------------------
Hai^^
Maaf, baru update. Sibuk banget sampe ngg nemu waktu buat nulis T_T
Secepatnya akan aku usahain biar sampe selesai, mungkin beberapa part lagi udh end ekekek
Jangan lupa vote dan komenT_T walaupun cerita horor jangan diem-diem Bae
Oke next part ditunggu ya
Salam
Terin❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO [TAMAT]
Horor#13 In Horor [23-05-2019] #02 In Mistis [23-05-2019] #03 In ghost [23-05-2019] [Disarankan follow terlebih dahulu sebelum membaca] Mengisahkan seorang gadis remaja yang memiliki kelebihan yang tak semua orang memilikinya. Sebuah kelebihan yang mem...