#23: Don't Worry

704 41 6
                                    

Bagian dua puluh tiga

Mulmed's Yudith

Saat ini angin berhembus dengan sedikit kencang. Tirai jendela sampai berkibar tak tentu arah. Menciptakan suasana yang mencekam.

Wanita yang usianya tidak muda lagi sedang memeluk dirinya sendiri. Mencari kehangatan karena dinginnya malam ini.

Wajahnya terlihat resah, khawatir, dan sendu. Bagaimana tidak? Putri semata wayangnya belum pulang sejak pulang sekolah. Dia sudah mengirim pesan, tapi selama inikah putrinya pergi?

Dirinya sudah menghubungi polisi. Namun, hasilnya nihil. Bahkan ia sudah menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mencari gadisnya.

Yudith, mom harap kamu baik-baik saja, sayang.

"Hhh," helaan napas frustasi keluar dari bibir Merry. Sungguh hatinya terasa sesak.

Di manakah suaminya? Dia sedang ikut mencari keberadaan gadisnya. Ia hanya menunggu pasrah di rumah berharap suaminya membawa berita baik.

°•°•°•°

"Apa?! Apa yang kau inginkan, hah?!" ia bergerak mundur. Mencari sesuatu apa saja yang bisa menghalau makhluk di depannya.

"Lebih baik kau menyerah saja, hahahahaha"

Makhluk di depannya semakin bergerak maju seiring dengan gerakan Yudith. Tangannya membawa tombak besar. Seakan siap ditancapkan ke tubuh Yudith.

"Berhentilah kau iblis terkutuk! Jangan berbuat macam-macam!" teriak Yudith dengan deru napas yang tidak teratur. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya.

"Hei, beraninya kau mengatakanku seperti itu! Akan kubalas kau! Hiaaaa"

Dengan penuh kesadarannya. Yudith berdoa kepada Tuhan agar ia dilindungi.

"Hentikan!"

Suara perintah itu menghentikan perbuatan yang akan dilakukan oleh makluk tak berhati manusiawi.

Arlita. Batin Yudith terkejut.

"Kau sudah berjanji akan memberiku waktu selama 3 bulan, Famos. Lalu apa yang akan kau lakukan pada orang yang tidak tahu apa-apa?"

Sama halnya dengan Yudith. Deru napas Arlita pun terdengar tidak teratur. Terlihat kilatan marah di bola matanya.

"Hahahahahaha... Ya, aku tahu. Tapi temanmu ini ingin ikut campur urusan kita. Dan dengan lancangnya dia mengataiku"

Yudith perlahan sudah tenang dengan keadaannya. Ia melihat banyak sekali makhluk lain yang menonton adegan ini. Yang pasti dirinya tidak akan menjabarkan makhluk apa saja yang terlihat di sini.

°•°•°•°

Yudith's point of view

Bel pulang sudah berbunyi. Aku sudah mengirim pesan jika aku akan pulang telat hari ini. Mungkin mom akan marah. Tapi aku langsung menonaktifkan i-phoneku.

Aku berjalan ke belakang sekolah. Ingin sekali pergi ke gedung itu kembali. Dengan berbekal keberanian, aku akan bertemu makhluk itu seorang diri. Mencari tahu alasan mengapa Arlita begitu dipaksa memilih.

Dengan penuh kehati-hatian, aku berjalan cepat ke arah pintu yang menghubungkan dengan labirin. Berbekal ingatan, aku memasuki labirin dengan cepat-cepat.

"Huh, syukurlah," puji Tuhan. Aku berhasil melewatinya tanpa hambatan. Ya, hanya beberapa kali tersesat dan membuat dirinya berputar-putar arah tak jelas.

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang