Mulmed's Arlita
"Bagaimana, Dith? Apa kamu sudah menghubungi salah satu dari mereka?" tanya Tita sambil menyesap kopi espressonya.
Mereka sekarang berada di Coffee Shop depan sekolah mereka. Sepulang sekolah mereka mampir ke tempat ini.
"Sudah," jawab Yudith tanpa menatap Tita karena dirinya sedang menatap secangkir kopi latte art bergambar daun.
"Lalu kapan kau akan bertemu dengan mereka?"
"Tidak tahu, semua terserah dia."
Tita hanya mengangguk paham. Matanya menatap keluar cafe untuk sekedar melihat-lihat. Tiba-tiba matanya terpaku menatap seseorang yang sedang bercumbu di depan cafe.
Tita segera membuang pandangannya dari sana. Tangannya memegang erat gelas kopi yang dipegangnya. Matanya menyiratkan kemarahan.
Yudith yang menyadari tingkah aneh Tita, mengernyitkan dahinya heran. "Kau kenapa?"
"Tidak." jawab Tita cepat.
°•°•°•°
Setelah pulang dari acaranya nongkrongnya. Yudith kembali ke rumah dan membanting tas sekolahnya ke kasur. Menghela napas panjang lalu duduk di sisi ranjang.
Keterdiamannya membuat Lita bertanya-tanya tapi dia enggan untuk bertanya. Takut merusak suasana Yudith. Tiba-tiba handphone Yudith bergetar, ia pun segera mengangkatnya.
"Halo?"
"Apakah kita bisa bertemu di restauran, akhir pekan ini?"
"Tentu saja, kau kirimkan alamatnya saja, kak"
"Baiklah, sampai jumpa"
Telepon di tutup secara sepihak. Ada binar kelegaan di hatinya. Mungkin sedari tadi ia memikirkan masalah itu.
°•°•°•°
Akhir pekan pun datang
Yudith melangkah dengan pasti ke salah satu restaurant mewah di New York. Tampilannya pun terkesan simpel tapi elegan.
Memakai dress panjang selutut berwarna pich dengan flatshoes warna senada dipadukan tas selempang dengan nama brand terkenal.
Setelah masuk Yudith mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian. Seseorang melambaikan tangannya dan Yudith segera menghampiri. Mereka saling bersalaman.
"Apa kabar, kak?"
"Ah, baik. Jadi, apa kita akan membicarakan masalah sahabatku?" Terdengar nada kesedihan di dalamnya.
"Hm, apa kau tau kejadian dia meninggal?"
Mia dan Anung saling pandang. Entah menyiratkan sesuatu lewat mata, lalu Anung menganggukkan kepala. Tanda Mia boleh menceritakannya.
"Baiklah, sebelumnya maaf karena saya harus meminta kakak bercerita."
"Tidak apa dan jangan seformal itu," kekeh Mia.
"Terimakasih,"
"Kau tau, dulu waktu masih hidup dia adalah sosok yang sangat disukai semua kalangan."
Dan mengalirlah cerita panjang mengenai Arlita. Sekeji itu walaupun dia tak memiliki kesalahan apapun. Yudith tersentuh mendengarkan ceritanya tetapi ia menahan sebisa mungkin agar tidak menangis.
Tapi kedua orang di depannya malah menangis. "Aku tidak tahu mengapa dia sampai seperti itu," ucap Mia sambil meneteskan air mata.
"Cukup, kak. Aku sudah paham dengan semuanya, jangan diteruskan." tukas Yudith menghentikan cerita Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO [TAMAT]
Horror#13 In Horor [23-05-2019] #02 In Mistis [23-05-2019] #03 In ghost [23-05-2019] [Disarankan follow terlebih dahulu sebelum membaca] Mengisahkan seorang gadis remaja yang memiliki kelebihan yang tak semua orang memilikinya. Sebuah kelebihan yang mem...