#27: Other Advantages

693 40 4
                                    

Bagian dua puluh tujuh

Mulmed's street in the City of Los Angeles

Yudith keluar dari bangunan gereja tersebut. Ia mulai berjalan kaki menuju rumahnya. Angin berhembus membuat Yudith merapatkan mantelnya dan tangannya ia masukkan saku agar tak terasa dingin.

Suhu di kota Miami lebih ekstrem dibanding di kota New York. Mengingat negara ini terletak sebelah selatan dari samudera atlantik.

Tak lama kemudian, Yudith sudah sampai di rumahnya. Betapa terkejutnya ia mendapati berbagai hiasan natal yang mengagumkan setelah ia masuk. Ketahuilah, meskipun Yudith terlihat kagum tapi wajahnya masih saja datar.

Merry tersenyum mendapati gadisnya telah datang. "Hai, sweetheart, apa kau suka?" tanya Merry yang hanya dibalas anggukan oleh Yudith.

"Acara ini hanya pesta kecil-kecilan, kamu bersiap lah, kenakan pakaian yang santai saja." perintah Merry dengan lembut sedangkan Yudith hanya mengangguk kembali. Lantas Yudith meninggalkan Merry.

°•°•°•°

Los Angeles, California, USA.

Triska dan Tita telah sampai di bandara Internasional Los Angeles. Mereka sampai tepat pada pukul 9 malam. Mereka menarik koper masing-masing dan memberhentikan taksi untuk menuju tempat penginapan.

The Cambelline Hotel. Itulah tempat menginap yang dipilih Triska untuk liburan. Tita hanya menatap kagum bagian lobby.

"Let's go, Tita."

Tita cepat-cepat menarik kopernya yang tertinggal jauh dari kakaknya. Setelah sampai di dalam kamarnya, Tita mulai merapikan barang-barang yang di dalam koper.

Triska dan Tita terpisah kamar. Bisa-bisa mereka selalu ribut dengan kasur tidurnya. Yah, walaupun ukuran tempat tidur di sini cukup besar.

"Oke, besok acaranya..."

Tita mulai membaca acara-acara yang dilalui bersama kakaknya disebuah lembaran kertas. Itu yang diberikan oleh Triska. Mungkin dia sudah mengatur jadwal dengan baik.

"Apa ini? Besok ke Santa Monica?! Oh God, aku ingin sekali ke sana!! Aaaaa!" teriaknya histeris seperti mendapatkan kado natal yang paling menggiurkan.

Tita melihat ke arah pintu siapa sangka ada orang di sana. Namun, seketika raut bahagianya berubah menjadi tatapan heran. Ia melihat sosok lain yang sedang menatapnya benci.

Apa ada yang salah? Batin Tita bertanya.

Sosok itu memancarkan aura amarah. Tita sampai bingung dengannya, pasalnya Tita baru melihat sekarang. Sedari tadi ia tidak merasakan apapun. Ataukah ada yang terlewatkan?

Sosok itu kian mendekat. Tita semakin dibuat bingung olehnya. Sosok itu lebih mendekat sampai ia mencekik leher Tita. Tenggorokannya terasa sakit. Napasnya tersengal-sengal. Tita menatap mata sosok itu dengan sendu.

"A-pa y-ang..k-kau..la-ku-kan.." ucap Tita terpatah-patah. Dengan keyakinan yang dimilikinya, ia langsung membanting tubuh sosok itu tanpa kasihan.

Tita terkejut, bingung mengapa dirinya bisa menyentuh sosok itu. Namun, pandangannya turun dan ia lebih terkejut saat melihat tubuhnya terkulai di lantai. Ia takut, ia berpikir telah meninggal karena tercekik oleh sosok itu.

Pandangannya teralihkan kepada sosok itu. Raut wajah Tita terlihat marah. Kedua bola matanya terlihat seperti ada sebuah kobaran api dengan segera ia mendekat ke arah sosok itu.

"Apa yang telah kau perbuat?! Apa yang kau inginkan, hah?! Aku tidak tahu menahu apa yang terjadi dan kau malah membunuhku!" bentak Tita penuh amarah.

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang