9. Pilihan yang Paling Tepat

5.4K 492 30
                                    

Seperti hari Senin biasanya. Saat ini upacara bendera sedang berlangsung. Cuaca pagi ini begitu terik dan panas. Badan gue mulai dibanjiri keringat. Wajar saja, gue orangnya sangat gampang berkeringat.

Saat pembina upacara sedang menyampaikan sebuah pidato, Karin malah berjalan ke arah barisan belakang dan mendatangi salah satu anggota PMR. Sepertinya Karin tidak tahan melanjutkan upacara ini.

Saat upacara telah selesai, gue langsung nanya ke Ami tentang Karin. Ternyata Karin sedang tidak enak badan dan sekarang lagi berada di UKS.

Tanpa basa-basi gue langsung menuju UKS buat mastiin keadaan Karin.

Gue ngeliat Karin yang lagi rebahan di kasur UKS sambil main handphone.

"Lo sakit Rin? Pulang aja gih, istirahat di rumah,"

"Bentar lagi juga enakan. Lo nggak usah sok perhatian deh sama gue, percuma," ketus Karin.

"Percuma apa?"

"Percuma juga lo mau gimana ke gue, gue nggak bakal pernah suka sama lo, apalagi jadi pacar lo,"

"Tapi gue yakin, gue bisa buat lo suka sama gue,"

"Mending buang jauh-jauh keyakinan lo itu, karna percuma aja,"

Untuk kali ini, kata-kata Karin benar-benar nyakitin perasaan gue banget. Hayati nggak sanggup kalau diginiin terus mas.

Gue memilih tidak menjawab apa-apa. Gue keluar dari ruang UKS dan berpikir sejenak; sebegitu nggak sukanya Karin sama gue?

Kali ini gue benar-benar bingung. Mau ngelanjutin perjuangin perasaan gue ke Karin, atau malah mundur? Sepertinya pilihan terbaik yang harus gue ambil sekarang adalah...... Lebih baik gue ke kelas sekarang sebelum Bu Ratih, guru Matematika masuk. Bisa dihukum gue kalau sampai telat masuk.

***

Pemuja Rahasia Keluar KandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang