8. Semua Memang Butuh Perjuangan

5.9K 557 37
                                    

Gue dan Reza pun sampai ke tempat makan yang nggak jauh dari toko buku. Sebut saja nama tempatnya Jagonya Ayam.

Reza datang dari meja kasir membawa makanan kami. Tanpa berpikir pendek, kami langsung makan dengan lahapnya.

"Za lo lagi banyak uang kan? Gue boleh minta sesuatu nggak?" tanyaku lembut, selembut sutera.

"Apaan? bilang aja," tanpa menoleh ke arah gue.

"Kulit ayam lo buat gue ya? Boleh kan?"

"Lo ngajak gue berantem?" sambil melotot.

Benar kata pepatah zaman dulu. Cobaan terberat bagi pria yaitu: harta, tahta, wanita, dan kulit ayam.

Kami pun telah selesai makan. Sekarang kami malah fokus ke handphone masing-masing. Tiba-tiba Reza menanyakan sesuatu ke gue.

"Lo masih mau nyoba nge-deketin Karin?"

"Ya iyalah. Kan lo sendiri yang bilang ke gue, bentar lagi kita udah mau tamat makanya gue harus perjuangin dia. Tapi kayaknya gue ragu bakal berhasil," gue patah semangat, karena memang Karin benar-benar jutek banget ke gue.

"Gara-gara dia jutek mulu ke elo?"

"Jutek banget malah,"

"Masa' gitu aja lo nyerah sih. Lo perjuangin aja dulu, masalah berhasil atau nggak mah urusan belakangan,"

"Maksud lo?"

"Lo harus nerapin teori boker di pagi hari. Lo harus berjuang keras, biar bisa ngehasilin emas yang banyak. Jadi intinya, kalo lo mau ngedapetin yang lo mau, ya lo harus berjuang, pantang mundur!"

"Apaansih lo, teori boker segala. Tapi bener juga kata lo, gue harus berjuang. Semangat!"

"Semangat!" gue dan Reza berteriak serentak. Sontak semua orang yang ada di tempat tersebut memandang heran ke arah kami. Ternyata, terlalu bersemangat juga tidak baik.

***

Pemuja Rahasia Keluar KandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang