4. Satu Kata yang Fenomenal

8.5K 887 29
                                    

Kami memilih taman belakang rumah Ami. Taman belakang Ami memang sangat cocok untuk kerja kelompok seperti ini. Suasananya benar-benar tenang.

"Maap ya cuma ada beginian doang," Ami menghampiri kami bertiga sambil membawa jajanan yang menurut gue banyak banget. Dua plastik kresek besar isinya jajanan semua.

"Jajanan semua, minumnya mana Mi? gue haus banget ni," Reza memelas sambil memegang lehernya.

"Oiya gue lupa, bentar ya gue ke dalam dulu,"

Kami mulai serius membaca isi buku yang kami pinjam tadi. Mencari materi yang kira-kira cocok untuk kami masukan ke dalam makalah kami.

"Nah ini kayaknya lengkap deh, ketik gih," Karin menyodorkan buku yang terbuka ke gue, langsung gue baca dan beneran sesuai dengan materi kami. Sub-sub materinya juga lengkap.

Gue mengambil alih laptop yang tadinya dikuasi Ami.

"Sini gue yang ngetik, Karin yang ngebacain," tidak ada tolakan sama sekali dari Karin.

Karin membacakan kata perkata, kemudian gue mengetik apa yang dibacakan Karin. Tiap kali setelah dia ngebacain kata per kata ke gue, dia langsung melirik ke layar monitor untuk memperhatikan ketikan gue benar atau salah.

Karin begitu teliti memperhatikan apa yang gue ketik. Tiap ada ketikan gue yang typo, dia langsung ngingatin gue.

Gue coba nge-modusin Karin yang tepat di sebelah gue.

"Loh, kok lo ngetik 'gue sayang sama lo' sih Syah, jangan bercanda deh, biar cepat selesai," gue sengaja ngetik kalimat itu supaya dikoreksi Karin.

"Gue 'kan emang sayang sama lo Rin,"

"Dasar..." Ami seketika menatap gue dengan tatapan sinis.

"Dasar apaan?" gue beneran bingung.

"Norak!" Lagi, lagi, dan lagi pemirsa. Mereka berduet dengan sangat apik, mengucapkan satu kata yang fenomenal. NORAK!

***

Pemuja Rahasia Keluar KandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang