32. Demi Sahabat

3.9K 357 3
                                    

Gue bergegas menuju rumah Shafa. Tapi, saat sedang di perjalanan, gue ngelihat Reza yang sedang mendorong motornya. Gue pun memberhentikan motor gue tepat di depan Reza yang sedang mendorong motornya.

"Motor lo kenapa, Za?" gue membuka helm dan langsung turun dari motor.

"Eh elo Syah. Ini, motor gue mogok. Nggak nyala-nyala dari tadi," jawabnya sambil mengusap keringat di keningnya.

"Sini, coba gue coba nyalain,"

"Nggak usah. Percuma lo coba juga. Nggak bakalan hidup," cegahnya.

"Jadi gimana? Mau gue bantuin dorong pake motor gue?"

"Nggak apa-apa? Setau gue bengkel masih lumayan jauh sih dari sini," jawab Reza.

"Yaudah nggak masalah,"

Gue pun membantu Reza mendorong motornya yang mogok.

Demi sahabat gue ini, 'tak apalah kalau gue menunda untuk ke rumah Shafa. Walau pun gue sedikit dilema antara menolong Reza atau langsung ke rumah Shafa. Tapi, sahabat harus tetap yang diutamakan. Ya nggak?

Setelah kurang lebih lima belas menit, akhirnya kami pun sampai di bengkel. Reza langsung menyerahkan motornya ke montir bengkel tersebut.

"Syah, lo nggak buru-buru 'kan? Temenin gue sampai motor gue selesai diperbaiki ya,"

"Nggak sih. Yaudah gue temenin, tapi beliin gue minum dong. Haus gue nih," sambil memegang leher.

"Yaudah iya iya," Reza langsung berjalan menuju warung yang tepat berada di sebelah bengkel tersebut.

Akhirnya motor Reza sudah selesai diperbaiki, setelah hampir setengah jam.

"Za, gue duluan ya. Gue mau ke rumah Shafa," saat gue hendak menaiki motor.

"Mau ngapain lo? Gue ikut dong,"

"Biasa, urusan calon pengantin baru. Ngapain lo ikut-ikut, buat rusuh aja," jawab gue sambil tertawa.

"Anjir, pengantin baru. Yaudah deh. Lo hati-hati ya. Makasih udah nolongin gue,"

"Siap," jawab gue singkat, kemudian langsung menyalakan motor dan bergegas menuju rumah Shafa.

***

Pemuja Rahasia Keluar KandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang