Pemuja Rahasia Keluar Kandang

13. Ikut Bahagia

Gue memasuki kelas dan ada sesuatu yang ganjal. Reza udah datang jam segini? Kesambet apa itu anak?

Gue memang selalu datang cepat ke sekolah. Tak jarang juga gue orang pertama penghuni kelas ini yang datang paling cepat. Dan sekarang baru empat orang yang datang, termasuk gue dan Reza.

Nggak banyak basa-basi. Gue langsung bertanya heran ke Reza; kenapa tumben-tumbenan datang cepat?

Reza menjawab dengan santainya, "Ami nyuruh gue dateng cepat,"

Sejak kapan Reza mau disuruh buat datang cepat? Gue aja nyuruh dia datang cepat karena gue mau nyontek tugas, nggak pernah juga ini anak datang secepat ini.

Oiya, gue hampir lupa nanyain tentang mereka akhir-akhir ini sering chating-an.

"Lo akhir-akhir ini sering chating-an sama Ami ya Za? Trus lo ngapain sih sampe bilang ke dia soal perasaan gue ke Karin?" gue nanya dengan ekspresi yang cukup kesal.

"Ya awalnya gue cuma iseng aja nge-chat dia, eh dianya ngerespon. Yaudah deh kita jadi keterusan chat sampe sekarang. Dan kayaknya gue mulai suka sama dia. Soal perasaan lo, gue minta maap deh, dia maksa gue buat cerita,"

Beruntung banget ya Reza. Cuma iseng malah direspon dan malah keterusan. Lah gue? Yang niat gini nggak direspon sama sekali.

Kami ngobrol cukup banyak tentang kedekatannya dengan Ami. Dan Reza juga ngasih tau ke gue kalau Karin udah jadian sama cowo lain. Cowonya anak sekolah lain. Degh, dada gue terasa sedikit sesak. Gue beneran harus mundur?

Seperti biasanya, Reza coba buat nyemangati gue. Gue juga udah sadar sekarang; nggak semua yang gue suka pantas untuk gue.

"Oiya Syah, entar pulang sekolah temenin gue ke toko buku ya? Gue mau liat-liat komik,"

"Kenapa nggak ngajak Ami aja? Eciieeeee,"

"Apaan sih lo,"

Seketika wajah Reza memerah. Mungkin dia masih malu-malu soal perasaannya ke Ami. Dasar tutup toples, ternyata dia bisa malu juga. Gue ikut bahagia kalau sahabat gue bahagia. Walau pun hati gue sekarang lagi nggak karuan gini.

***