•01• Pertemuan

2K 118 5
                                        

"Jung Eunha."

Perempuan itu mendongakan kepalanya perlahan menatap wanita berjas putih yang memanggilnya pelan.

Wanita itu adalah Dokter Adora, ia tersenyum sambil mengusap pelan bahu perempuan yang tengah terisak pelan di depannya itu.

"Tidak apa, semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada hal berbahaya yang terjadi selagi kau rutin terapi dan meminum obatmu dengan teratur." Ucapnya meyakinkan.

Perempuan bernama Jung Eunha itu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum miris dengan air matanya yang terus mengalir.

"Terimakasih," Lirihnya.

"Oke! Sekarang tidak ada lagi drama tangis menangis, kau harus semangat, eoh?!" Tegas Dokter Adora dengan wajah seriusnya.

Eunha tersenyum sambil mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

"Baiklah, saya mengerti."

"Nah, begitu dong, itu baru Eunha yang aku kenal."

Eunha hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Baiklah, ini obatmu," Dokter Adora menyodorkan plastik putih yang berisikan sebuah botol kecil berwarna putih, Eunha sudah dapat menebak kalau isi dari botol itu adalah benda yang kini bahkan sudah jadi makanan sehari-hari nya, ya apalagi kalau bukan obat.

"Kamsahamnida," Ucap Eunha setelah menerima obat itu. (Terimakasih : formal)

"Ingat, jangan sampai telat apalagi lupa untuk meminumnya lagi."

"Iya saya tahu, hal seperti tadi tidak akan terulang lagi, saya janji." Eunha bangun dari kursinya, "Kalau begitu saya pergi sekarang, sekali lagi terimakasih. Annyeonghigyeseyo Dokter." Ucap Eunha sambil membungkukan tubuhnya sesaat dengan sopan. (Selamat tinggal)

"Baiklah, hati-hati Jung Eunha, jangan sampai pingsan lagi, eoh!"

"Ne, Arasseo." Setelahnya, Eunha keluar dari ruangan serba putih itu. (Iya, Baiklah)

Eunha keluar dan menutup pintu dengan pelan, saat ia membalikan badan ia langsung mendapati laki-laki yang sedang berdiri sambil menyender pada dinding dengan kedua tangannya yang terlipat di bawah dada tepat di hadapannya.

Park jimin.

"Bagaimana?" Tanya laki-laki itu, sambil berjalan mendekat, tercetak jelas kekhawatiran di wajahnya.

"Aku tidak apa--"

"Karena lupa minum obat, kan?" Selak Jimin.

Eunha menghela nafasnya dan menunduk, "Mian," Ucapnya pelan. (Maaf)

Jimin pun ikut menghela nafasnya namun dengan helaan kasar, "Dasar ceroboh."

Jimin melirik ke arah plastik obat yang Eunha pegang.

"Lagi?"

"E-eoh?" Eunha mengangkat kembali wajahnya untuk menatap Jimin, "Ah.. Ini.. di rumah kan tinggal sedikit." Jawab Eunha mengerti dengan apa yang di maksud laki-laki di hadapannya itu. (Ya?)

"Terkadang aku sampai berfikir kalau kau sudah kecanduan obat itu Eunha, Aigoo.. malangnya." Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya. (Aduhh)

"Ya! memangnya kau kira aku mau terus-terusan minum obat sialan ini?" Sahut Eunha tak terima. (*Ya: Hei)

Jimin tertawa, "Aarasseo arasseo, aku hanya bercanda."

Eunha langsung melangkah pergi dengan wajah kesalnya, dengan cepat Jimin langsung mengejarnya dan mensejajarkan langkahnya dengan gadis berambut panjang itu.

Stigma [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang