Prologue

4K 168 16
                                    

Bodoh..

Benar-benar bodoh..

Haruskah begini?
Terasa.. menyesalinya?
Tapi kenapa? Kenapa aku harus menyesal?

TIDAK.
Untuk apa aku menyesalinya.

Tentu saja ini benar..
Yang aku lakukan sudah benar..

Memang harus begini.

Semuanya memang harus seperti ini. Dengan begitu, sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa menyakitiku dan Noona, ini benar, yang aku lakukan sudah benar!

Aku menatap seorang laki-laki paruh baya yang sudah tergeletak tidak berdaya berada tak jauh di depanku. Tentu saja tatapan tegangku tak hilang saat menatapnya.

Darah terus mengalir dari dada kirinya membuat lantai menjadi penuh dengan cairan kental berwarna merah di sekitar tubuh tak berdaya itu, lalu aku beralih menatap pisau yang ku genggam, ku per-erat genggamanku pada gagang pisau itu tanpa ada rasa jijik sedikitpun walaupun pisau itu sudah di penuhi dengan darah, bahkan kedua tanganku juga sama dengan pisau itu. Penuh dengan darah yang sudah hampir mengering.

Tapi..

Dia memang pantas mati!

Sekarang dia sudah enyah dari bumi ini!

Ha-ha-ha bagus sekali, Kim Taehyung.

Kau sudah berhasil, akhirnya kau berhasil melakukann keinginanmu yang selama ini kau tahan!

Sekarang kau berhasil memenuhinya. Kerja bagus!

Aku tersenyum sinis sambil menundukan wajahku.

Brak!

"Benar ada pembunuhan disini!" Teriak laki-laki berseragam itu setelah berhasil mendobrak pintu.

"Angkat tangan! Anda kami tahan!"

Aku tak begitu terkejut, aku tahu mereka akan datang.

Alih-alih meladeni mereka, aku menoleh ke arah perempuan yang menangis di sudut ruangan itu, ia duduk meringkuk, menunduk dan memeluk kedua lututnya, dan.. telfon genggam yang ada di tangan nya, aku bisa melihat bahwa tubuhnya bergetar hebat. Ia ketakutan.

TIDAK, lebih tepatnya ia takut, mungkin.. takut denganku?

Aku berlari mendekatinya dan menjatuhkan pisau penuh darah itu begitu saja, lalu aku memegang kedua bahunya, setelahnya kusadari apa yang kulihat tadi benar, kurasakan bahwa tubuhnya benar-benar bergetar hebat.

"Noona! A-aku berhasil! Aku--" Ucapanku terhenti, begitu terkejut saat melihat tangan kanannya yang mengeluarkan banyak darah, buru-buru ia memutupinya dengan tangan kirinya, tapi ringisan yang keluar dari mulutnya tak dapat berbohong, kalau tangannya benar-benar terluka parah.

"Noona, kau tidak apa-apa? Kau terluka! A-aku akan--" Ucapanku kembali terhenti saat salah satu dari polisi itu menarik kedua tanganku kebelakang punggungku dan memborgolnya dengan cekatan.

"Hei! Tu-tunggu! Tunggu sebentar! N-noona--"

Aku sedikit berontak saat mereka mulai menariku menjauh dari Noona.

"Dia terluka! Tolong, biarkan aku membawanya ke rumah sakit dulu! Aku mohon!" Percuma, laki-laki bertubuh kekar ini tak mungkin melepaskanku begitu saja.

Namun.. sedangkan perempuan itu, perempuan yang aku panggil Noona, Ia hanya diam menatapku dengan air matanya yang masih mengalir deras sejak dua jam yang lalu dan rambutnya yang terlihat berantakan dengan wajahnya yang penuh lebam.

Itu tatapan kebencian. Aku bisa merasakannya.

Jadi, Noona membenciku? Karna aku membunuh keparat gila itu? Yang benar saja!

Akhirnya aku diam dan membiarkan sekelompok polisi itu membawaku, kini ku lihat Noona telah memalingkan wajahnya dariku, seperti enggan untuk menatapku.

Saat itu juga, terasa ribuan jarum menancap di hatiku. Satu tetes air mata berhasil jatuh, mengalir di pipiku yang di penuhi bercak darah yang sudah hampir mengering.

Tidak, hatiku sakit bukan karena tau dia membenciku, tapi karena dia terluka.. aku terlambat menolongnya..

Aku terus menatap Noona, berharap kalau dia akan kembali menatapku, tapi itu tidak terjadi sampai aku berhasil di bawa keluar dari ruangan itu, sampai aku tak bisa lagi menatap Noona yang hilang di balik dinding.

•StIgMa•

(*Noona : Panggilan yang digunakan oleh laki-laki pada kakak perempuannya. Ini bisa juga digunakan untuk saudara kandung atau teman dekat.)

Stigma [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang