Part 22

1.6K 48 9
                                    

Cakka menarik laci meja belajarnya dan mengambil bingkai foto yang dibalik, Cakka membaliknya bingkai itu ke arahnya dan memunculkan foto dua anak manusia yang sedang berpelukkan, seorang gadis yang sedang memeluknya dari belakang sambil memamerkan senyumnya yang manis, begitu juga dengan dirinya yang juga tersenyum.

Cakka menatap foto itu tanpa sadar bibirnya mengukir senyum.

"Apa loe masih menyimpan foto kita, seperti gue...?" Gumam Cakka masih dengan menatap foto yang ada di dalam bingkai foto itu, yang saat ini ada di tangannya.

"Apa loe, juga masih ingat tentang memory yang kita lalui bersama..?" Lanjut Cakka dengan hati yang tiba tiba merasa terluka dan menyayat hatinya.

Cakka menghela nafas berat dengan menutup matanya sejenak, kemudian membukanya perlahan lahan. Cakka menatap foto itu lagi sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam laci.

***

Shilla turun dari mobilnya, Shilla melangkahkan kakinya memasukki halaman sekolah, saat Shilla tiba di ujung koridor utama tiba tiba Iren menghadangnya. Shilla langsung menghentikan langkahnya.

"Ngapain sih loe" ucap Shilla sengit.

"Jangan pernah loe deketin Cakka" jawab Iren dengan tatapan matanya yang nyalang.

"Siapa juga yang deketin" sahut Shilla emosi.

"Loe, gue tahu loe mantannya Cakka kan, tapi jangan harap loe bisa kembali bersama Cakka" ucap Iren melotot dengan menunjuk wajah Shilla dengan jari telunjuknya. Shilla yang merasa dirinya di rendahkan Shilla langsung emosi.

"Asal loe tahu ya, loe itu yang justru kelihatan banget ingin kembali bersama Cakka" jawab Shilla dengan tajam.

"Kalau emang iya kenapa..?, apa loe takut kalau Cakka kembali ke gue" jawab Iren dengan senyum mengejek.

"Apa loe bilang..? Gue takut...?, tapi sayangnya gue nggak peduli" ucap Shilla dengan menatap Iren tepat di manik matanya dengan tatapan yang mengejek. Kemudian Shilla pergi meninggalkan Iren.

"Kurang ajar, awas aja loe" gumam Iren penuh dengan kebencian dan kemarahan sambil menatap kepergian Shilla yang semakin jauh dari pandangan matanya.

***

Cakka melangkahkan kakinya ke ruang kelasnya dengan kedua telingannya yang tersumbat handset. Cakka meletakkan tas nya di dalam laci mejanya dan kemudian melepas handsetnya, Cakka menyimpannya ke dalam laci.  Cakka langsung melangkahkan kakinya ke keluar kelas, saat tiba di pintu kelas Cakka berpas pasan dengan Shilla yang baru saja ingin masuk kelas. Keduanya saling tatap cukup lama dengan tatapan yang penuh dengan sejuta makna.

"Woi.!!" Teriak Alvin membuat Cakka dan Shilla langsung mengakhiri tatapannya.

"Sejak kapan kalian jadi satpam disini" tanya Alvin dengan menatap keduanya dengan kening berkerut.

"Mana Rio sama Gabriel" Cakka mengalihkan pembicaraan.

"Loe itu ahli kalau di suruh mengalihkan pembicaraan" sahut Alvin.

Shilla yang mendengar mereka Cakka dan Alvin berdebat, Shilla memilih untuk melanjutkan langkahnya ke dalam kelas.

"Shill...." panggil Alvin dan membuat Shilla menghentikan langkahnya, Shilla menoleh ke arah Alvin.

"Apa" tanya Shilla.

"Gak jadi deh" jawab Alvin.

"Iihhh... Alvin, ganggu orang aja" sahut Shilla kesel. Shilla langsung duduk di kursinya dan menaruh tasnya ke dalam lacinya.

"Shilla...." teriak ketiga sahabatnya yang baru tiba di ambang pintu.

Shilla yang namanya dipanggil langsung menoleh ke arah asal suara tersebut. Shilla tidak terkejut dengan teriakan itu, karena Shilla sudah tahu kalau ketiga sahabatnya kalau sudah ngumpul suaranya pasti seperti spiker.

Ada CINTA Dalam BENCI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang