Part 12

1.5K 41 0
                                    


Jarum jam menunjukkan angka 11:00 malam tapi Shilla masih terjaga belum juga bisa memejamkan matanya. Shilla tidak bisa melupakan apa yang telah diucapkan Cakka terhadapnya. Hati Shilla hancur. Tak menyangka Cakka akan mengucapkan seperti itu. Harus sesakit inikah hatinya karena Cakka, harus sehancur inikah hatinya karena Cakka. Shilla hanya bisa menghela nafas berat dengan menahan dadanya yang sesak dan hatinya yang hancur dan terluka. Shilla bangkit dari ranjangnya melangkahkan kakinya menuju meja belajar dan duduk di kursi belajarnya, Shilla menarik laci meja belajarnya dan mengambil bingkai foto yang menampilkan dirinya bersama Cakka. Tidak terasa kristal bening yang sudah menggumpal di pelupuk matanya akhirnya jatuh melewati kedua pipinya yang mulus. Shilla mengusap wajah Cakka yang ada di dalam bingkai foto itu. Shilla terluka. Hatinya saat ini sungguh teramat sakit.

"Tak sadarkah loe Cakka... ucapan loe membuat gue terluka dan hancur" gumam Shilla dengan diiringi air matanya yang tak sanggup lagi untuk di bendungnya.

"Cakka... apa kita tidak bisa seperti dulu lagi" sambung Shilla masih dengan air matanya yang justru semakin deras.

Shilla menangis terisak dengan memeluk bingkai foto tersebut. Tangis Shilla semakin terisak dan membuat dadanya semakin sesak dan hatinya semakin teriris.

***

Di waktu yang sama di tempat yang lain, di dalam kamarnya Cakka pun masih terjaga belum bisa memejamkan matanya. Cakka tak menyangka akan tindakan Shilla yang menamparnya dan ucapan Shilla terhadapnya, itu membuat hati Cakka terluka dan sakit. Tapi ada satu hal lagi yang membuat hati Cakka semakin terluka dan tersakiti itu karena air mata Shilla, Cakka tak sanggup jika harus melihat air mata Shilla jatuh karena dirinya, apalagi dengan tatapan yang terluka dari mata Shilla sungguh membuat hati Cakka hancur. Sejujurnya dibalik rasa bencinya terhadap Shilla, masih tersimpan sayang untuk Shilla, tapi lagi lagi sang ego yang selalu menguasai sang ego yang mengalahkannya.

Memory tentang Shilla dan Cakka di masa yang lalu melintas di benaknya itu membuat hatinya semakin teriris. Cakka berusaha menghapus semua memory tentang Shilla dari hidupnya tapi itu tak bisa dilakukannya, walaupun sudah berkali kali Cakka mencobanya, yang terjadi justru membuat dirinya semakin tersakiti.

"Gue sudah berkali kali menghapus memory tentang loe dari hidup gue Shill... tapi gue tidak pernah bisa, semakin gue berusaha semakin hati gue tersakiti" ucap Cakka dengan memandang selembar foto kecil yang selalu tersimpan rapi di dalam dompetnya dan tidak ada yang tahu soal foto Shilla dan Dirinya yang masih Cakka simpan di dalam dompetnya tersebut, foto itu sama seperti foto yang di simpan oleh Shilla.

"Shilla....."ucap Cakka dengan jarinya yang mengusap wajah Shilla yang tersenyum manis dengan memeluk leher Cakka dari belakang.

"Loe tahu gak...? Gue kangen dengan masa masa yang seperti ini, seperti yang ada di dalam foto ini" sambung Cakka tulus dari hatinya.

Cakka menahan gejolak hatinya yang semakin sakit saat harus mengungkapkan kata kata itu. Sungguh teramat sakit dan hancur.

***

1 minggu kemudian......

Satu minggu setelah kejadian pertengkaran antara Cakka dan Shilla saat keduanya saling bertatap muka walau tanpa sengaja, keduanya hanya saling diam seperti orang asing tak pernah mengenalnya satu sama lain. Hal itu membuat ketiga sahabat Shilla dan juga ketiga Sahabat Cakka merasa heran dan bingung, Cakka dan Shilla yang semakin menjauh seperti orang asing, keadaan seperti ini berlangsung lama. Saat tak sengaja Shilla dan Cakka bertemu di dalam kelas keduanya langsung membuang muka.

"Shill..kantin yuk" ajak Sivia.

"Gue lagi males" jawab Shilla.

"Ya udah....kita ke kantin dulu, apa loe gk titip..?" Tanya Sivia.

Ada CINTA Dalam BENCI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang