Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan.
.
.Era Joseon, Mei 1422 M.
Kemarau berkepanjangan.
Selama tiga tahun negeri ini diterpa bencana menakutkan. Sungai-sungai tak lagi mengalir dan danau hanya menyisakan lumpur kering. Puluhan rakyat bahkan harus meregang nyawa akibat tak bisa merasakan hasil panen mereka yang selalu gagal akibat kemarau yang entah sampai kapan lagi. Tak ada tanaman yang mampu bertahan untuk sekedar menghidupi mereka lebih lama dan bahkan ratusan hewan mati tak mendapatkan pasokan air. Situasi ini adalah terparah sejak era Silla terganti menjadi Joseon.
Situasi yang sama dimiliki pula oleh puluhan petinggi pemerintahan yang kini berlutut di hadapan paviliun sang raja. Bukan hanya rakyat biasa, mereka para bangsawan juga merasakan hal yang sama. Kekeringan membuat segalanya menjadi momok yang amat menakutkan.
"SEJAK KELAHIRAN PUTERA MAHKOTA, NEGERI MENGALAMI BENCANA KEKERINGAN YANG AMAT SANGAT MENAKUTKAN. RAKYAT PERLAHAN-LAHAN MATI KARENA KEKURANGAN MAKANAN, HEWAN TERNAK DAN TANAMAN PUN DEMIKIAN. PUTERA MAHKOTA TELAH MEMBAWA BENCANA BESAR, MAKA DARI ITU KAMI MEMINTA UNTUK MENYINGKIRKAN PUTERA MAHKOTA DARI TAHTANYA!"
"SINGKIRKAN PUTERA MAHKOTA DARI TAHTANYA!" ujar sekumpulan orang itu mengikuti ucapan seseorang yang berada di hadapan mereka.
Desahan keras terdengar dari mulut lelaki berpakaian kebesaran berwarna merah dengan sulaman emas yang indah itu. Pandangannya menoleh ke samping menatap sang ratu yang tampak gelisah dengan anak berumur tiga tahun di gendongannya. Ia kemudian berbalik menatap Jenderal Kim, orang kepercayaannya selama bertahun-tahun.
"Jenderal Kim, akan kuberikan kau titah!"
Lelaki itu menoleh menatap raja, "Apa itu, Yang Mulia?"
"Panggil tabib istana dan sebarkan rumor bahwa putera mahkota terserang penyakit yang amat parah."
"YANG MULIA!" ratu tampak mengajukan protesnya menatap lelaki yang telah menjadi suaminya itu terkejut.
"Ratu, rakyat telah melakukan pemberontakan besar. Jika kita terus membiarkannya maka putera mahkota akan berada dalam bahaya. Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah membuat semua orang menganggapnya telah mati."
Raja kembali menoleh menatap Jenderal Kim.
"Maka dari itu, aku mempercayakan putera mahkota untuk dirawat olehmu secara diam-diam!"
Jenderal Kim membungkuk hormat, "Baiklah, Yang Mulia! Saya menerima titah Anda dan akan melaksanakan sepenuh jiwa saya."
__The Wind for Dandelion Chapter 1 "Wind and Dandelion"__
Era Joseon, 1440 M
Dia adalah angin. Bergerak bebas, melintasi lembah, menanjak bukit, menyapu debu, melantunkan melodi ringan dengan hembusan menenangkan.
Dia adalah angin. Terkadang begitu kuat meluluh lantakkan namun saat menghilang, hanya dia yang dibutuhkan.
Dia adalah angin. Tak terlihat dikala tenang namun begitu dahsyat saat terusik.
Dia adalah angin. Yang terasa namun tak mampu tergenggam.
Dia adalah....
TZAANG
Lemparan besi tipis ke udara akibat gesekan yang begitu keras dengan besi lainnya, membuat gadis yang berpakaian layaknya lelaki itu memberenggut kesal. Ia hanya bisa menatap sendu saat pedangnya tersingkir dengan mudah oleh pedang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...