11. Meet

1.6K 270 98
                                    



Dandelion tak pernah memilih anginnya

Dan angin tak pernah tahu kemana ia akan berhembus

Takdir bukanlah hal yang bisa kau tebak dengan mudah

.

.

.


"Aku telah jatuh hati padamu, dayang Ryu!"

Mata gadis itu semakin membulat, ia kemudian mengerjapkannya berharap apa yang ia dengar hanya kesalahan belaka namun sosok pangeran tetap berada di depannya dengan ekspresi yang sungguh menenangkan.

"Maka dari itu. Berkenankah kau menjadi milikku?"

Sujeong terdiam memastikan dirinya, ia benar-benar terkejut... ya, tak bisa ia pungkiri namun pernyataan itu seakan ingin ia lewati begitu saja. Sungguh, ia tak bermaksud untuk mengabaikannya tapi ada bagian dalam dirinya yang tak menikmati pernyataan lelaki itu. Pernyataan indah namun terselip sesuatu hal yang besar di kemudian hari dan dirinya tak siap dengan hal itu. Sujeong mengerti keadaan istana dan terlibat dengan anggota kerajaan berarti ia harus masuk dalam kejamnya politik di tempat ini.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari pangeran dan beringsut mundur, "Maafkan saya. Saya permisi!" ujarnya kemudian beranjak berdiri, segera meninggalkan pangeran yang terpaku dalam keterdiaman.

Pangeran tahu bahwa saat ini ia baru saja mendapat sebuah penolakan. Ya, ia kembali ditolak oleh gadis itu.


__The Wind for Dandelion Chapter 11 "Meet"__

Gema musik mengiringi beberapa wanita yang terlihat bergerak gemulai di tengah-tengah istana tepat ketika rombongan dari negeri tirai bambu memasuki tempat itu. Kekuasaan china nampaknya memberikan dampak yang besar bagi Joseon, bahkan sehingga penobatan pemimpin negeri ini harus mendapatkan persetujuan dari kerajaan China.

"Pangeran!"

Sebuah suara menyapa namun lelaki itu tak bergeming.

"Pangeran!"

Kembali ia terpanggil tapi tetap saja ia belum bergerak hingga kemudian sebuah tepukan membuatnya tersadar dari lamunannya, ia lalu menoleh ke samping menatap ibunya yang kini menatapnya lamat.

"Ya, ibu?"

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Pangeran menggeleng pelan, "Tak ada apapun!"

Selir Heebin mengangguk mengerti lalu menatap ke depan, "Hanya kau harapan ibu dan ibu ingin kau tak memberontak sama sekali. Jangan mencoba mengkhianati ibumu!"

Pangeran Jangjun menghela napas lalu menoleh ke arah lain, matanya menatap Yang Mulia raja dan ratu yang tampak menyambut orang-orang dari china itu. Besok adalah penobatannya, hari yang amat ditunggu oleh ibunya dan koalisi dari fraksi barat. Namun ia bahkan sama sekali tak berminat dengan hal itu. Hal yang berkaitan dengan kekuasaan kerajaan, politik dan lain sebagainya yang membuatnya sakit kepala.

Hanya satu yang ia pikirkan, gadis sederhana yang telah terperangkap dalam hatinya. Gadis yang mampu memporandakkan dirinya. Pangeran menghela napas dalam, lalu kembali fokus dengan apa yang ia lakukan saat ini. Melakukan drama memuakkan yang ibunya ciptakan untuk dirinya.

The Wind for Dandelion ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang