Biarkan serpihan rindu itu menyatu
Menyatu untuk waktu yang lama
Tanpa ada yang menghancurkannya
.
.
.
Langkah menyusuri walau gelap semakin menyusup, kedua pasang kaki itu terus berjalan melewati dedaunan kering dan pepohonan tinggi menjulang.
"Kau sebenarnya akan kemana?"
Suara lelaki itu terdengar membuat Jiyeon terhenti sejenak. Ia menoleh menatap Jimin yang memandangnya datar, "Ikut saja. Tak usah banyak bicara! Aish, karena kau... aku bahkan tak menggunakan kudaku, sia-sia saja rasanya." ujarnya dan kembali berjalan.
Jimin mendesah pelan, "Wajah dan sikap sama sekali tak sinkron. Kenapa gadis ini menyebalkan sekali?" gumamnya dan sekali lagi gadis itu terhenti. Kini Jiyeon berbalik penuh bersedekap di hadapan Jimin.
"Kau tadi bilang apa?"
Jimin kembali menghela pelan, wajahnya ia dekatkan pada gadis itu, "Ka.u. me.nye.bal.kan. Jelas?"
Gadis itu berdesis kesal mendengarnya, bibirnya menggeram ingin memaki namun coba ia tahan. Dengan segera ia berbalik kembali berjalan menahan amarahnya pada lelaki di belakangnya. Ia terus berjalan hingga dirinya tiba pada ujung hutan yang terhubung dengan padang rumput luas di sana.
Hingga tiba-tiba saja langkah gadis itu terhenti, tubuhnya terdiam kaku dengan pandangan mata mengarah pada dua sosok di sana. Seketika hatinya merasa hancur, melihat lelaki yang ia cintai berpelukan dengan wanita lain.
"Jangan dilihat!" suara itu terdengar dan bersamaan dengan itu pandangan Jiyeon menggelap karena matanya yang tertutup oleh telapak lelaki di belakangnya.
Tangan Jiyeon mencengkram erat hanboknya menahan pedih yang mengoyak dinding hatinya, sedangkan Jimin hanya menghela napas ketika melihat kedua insan disana saling bercumbu melepas rindu. Tak lama setelahnya ia bisa merasakan bahwa telapak tangannya mulai basah, gadis di dekatnya menangis. Menangis dengan hati tercabik pedih.
__The Wind for Dandelion Chapter 12 "Other Hurt"__
"Aku tak tahu, tapi aku... aku merindukanmu, Ryu Sujeong! Aku tak berhenti memikirkanmu."
Sujeong tersenyum tipis, buncahan kehangatan menyergap tubuhnya kala kalimat itu terlontar, "Saya juga tuan. Saya merindukan tuan, teramat sangat."
Taehyung tersenyum, jemarinya bergerak ke atas mengusap pipi gadis itu lembut. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, membiarkan kedua benda itu saling memagut dalam kerinduan.
Sujeong memejamkan mata dengan tangan bertumpu pada lengan Taehyung, menyesapi perasaan yang semakin membuncah. Ia tak mampu berbohong bahwa lelaki ini sanggup membuatnya berada dalam perasaan yang membuatnya kelimpungan tak berdaya. Tak berbeda jauh dengan Sujeong, Taehyung merasakan hal yang sama. Sujeong –gadis yang bahkan baru ia kenal- dengan lancangnya menyelinap ke dalam bilik hatinya dan memporandakkan dirinya.
Pagutan itu perlahan terlepas, menyisakan desah napas bersahutan. Taehyung membuka matanya perlahan hingga tatapannya mengarah pada Sujeong dengan mata masih terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...