Ada hal yang tak bisa dikatakan oleh bibir
Tapi apakah kau tahu juga bahwa
Ada hal yang tak didengar namun terdengar oleh hati?
.
.
.
"Nona Ryu. Nona Ryu Sujeong yang memerintahkan kami!"
Semua yang berada di sana terdiam, perlahan raut putra mahkota berubah mengeras menatap mereka lamat.
"Jangan berbicara omong kosong!" tegasnya penuh penekanan. Tentu saja putra mahkota tak semudah itu mempercayai ucapan para penjahat di hadapannya.
Namun bukannya merasa takut dengan ucapan tegas putra mahkota, salah satu dari kedua orang itu tiba-tiba saja tertawa, "Anda begitu percaya diri Yang Mulia. Jika Anda tak mempercayai saya... kalau begitu, Yang Mulia bisa menanyakan langsung pada nona Ryu. Kita lihat bagaimana reaksinya."
Taehyung menggertakkan giginya geram, namun ia masih terus berusaha menunjukkan wajah penuh keyakinan bahwa ucapan lelaki di depannya hanyalah bualan untuk menyerang gadisnya.
Ia menarik napas dalam lalu menoleh ke samping, "Jenderal Kim?"
"Ya, Yang Mulia."
"Panggil Sujeong ke sini!"
__The Wind for Dandelion Chapter 21 "Liar"__
Jimin hanya menatap makanan di hadapannya dengan wajah mengernyit pelan, ia menghela napas lalu menatap Jiyeon yang sedari tadi terus saja menyunggingkan senyum. Jimin kembali mendesah pelan, "Kau sedang menyajikan makanan untukku atau untuk orang se-ibukota?"
Jiyeon semakin melebarkan senyumnya, "Semuanya makanan yang akan membuat lukamu cepat sembuh, bergizi dan dapat memulihkan kekuatanmu. Semuanya untukmu!"
Jimin kembali menatap makanan, "Aku tak makan banyak, lagipula di luar sana masih banyak orang yang kelaparan. Kalau begini kau hanya membuang makanan, aku tak suka orang yang membuang-buang makanan."
Senyum gadis itu berubah seketika, bibirnya tertarik ke bawah dengan raut cemberut. Jimin menatapnya dengan senyum tipis lalu mengusap kepala Jiyeon pelan.
"Dewasalah dan lihat orang sekitarmu!"
Jiyeon mengangguk pelan, "Baiklah, makan saja secukupnya. Aku akan menyuruh Seunghee untuk membungkusnya untuk rakyat jelata di luar!"
Jimin kembali tersenyum dan berbalik untuk segera menyantap makanannya.
"Jiyeon-ah!" panggilnya beberapa saat kemudian.
"Hm?"
"Apa kau tahu tentang tukang sihir?"
Jiyeon menampakkan wajah berpikirnya, "Maksudmu cenayang?"
Jimin menoleh pelan lalu mengangguk, "Semacam itulah! Kau tahu cenayang di sekitar sini?"
"Banyak yang mengaku-ngaku cenayang di sini. Ada beberapa di pasar ibukota, tapi entahlah mereka benar-benar cenayang. Tapi kenapa kau bertanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...