13. Faith

1.6K 274 140
                                    


Dua matahari bertemu

Dan satu bulan menjadi saksi

.

.

.


"Jangan pergi!"

Lelaki itu menggenggam pergelangan Sujeong erat, ia kemudian berbalik dan memandangi Sujeong yang kini memunggunginya.

"Jangan pergi lagi!"

Pangeran menarik napas dalam, ia mendekatkan tubuhnya pada Sujeong dan memeluk gadis itu dari belakang.

"Jika kau merasa sakit, katakan padaku! Aku akan menjadi obat untuk dirimu. Jika kau merasa sedih, datanglah padaku! Aku akan memelukmu dengan hangat. Tapi kumohon, jangan pergi lagi dariku."

Sujeong menunduk membiarkan tetesan itu berkumpul dan meluncur turun ke pipinya. Bibirnya kelu, tak tahu harus mengatakan apa pada sosok yang memeluknya erat saat ini.

"Kenapa kau menangis? Apa seseorang menyakitimu?"

"Ya, ibumu menyakitiku."

"Ataukah kau masih terbebani dengan perkataanku sebelumnya?"

"Ya, aku sangat terbebani."

"Tolong katakan sesuatu, dayang Ryu!"

"Aku ingin menjauh dari segalanya dan kembali berlari pada tuan Taehyung. Tapi aku tak bisa."

Pangeran perlahan melepas pelukannya, membalik tubuh gadis itu menghadapnya. Ia mengelus pipi Sujeong dan menarik dagu gadis itu agar menatapnya. Ia bisa melihat tatapan terluka dari gadis itu, tatapan yang membuat pangeran meringis tak mengerti... mengapa gadis itu terlihat begitu sedih?

Pangeran mendekatkan wajahnya pada Sujeong namun gadis itu memalingkan wajah dan menjauhkan kepalanya, memberikan kenyataan bahwa sekali lagi pangeran mendapat penolakan. Pangeran mendesah gusar berusaha tersenyum pada gadis itu.

"Istirahatlah! Kau pasti lelah."

Pangeran menjauhkan tubuhnya dengan senyum miris.

"Aku mencintaimu," ujarnya kemudian berbalik.

"Yang Mulia!" langkah pangeran terhenti saat suara itu memanggilnya, ia perlahan menoleh pada Sujeong yang kini menatapnya lamat, "Saya menerima pinangan Yang Mulia. Jadikan saya milik Anda!"


__The Wind for Dandelion Chapter 13 "Faith"__

"Masuk dalam istana?"

"Ya, Yang Mulia."

Taehyung mulai mengerutkan dahinya, berpikir keras tentang ucapan Jimin padanya. Sekali lagi angin berhembus sepoi menerbangkan para dandelion, lelaki itu masih terduduk menatapnya dengan kemelut pikiran yang kacau.

"Pangeran Jangjun telah merebut segalanya dari Anda."

Taehyung kembali mendongak menatap Jimin, "Merebut?"

"Harta yang seharusnya Anda miliki, Tahta yang sepantasnya Anda kuasai lalu apakah Anda akan membiarkannya merebut wanita yang Anda cintai?"

Taehyung menggeram ketika ucapan itu terlontar dari Jimin.

"Harapan ratusan ribu rakyat Joseon berada di tangan Anda. Anda telah menjelajahi negeri ini dan tahu bagaimana kehidupan rakyat yang sebenarnya. Apakah Anda akan membiarkan lelaki yang tak mengerti dunia menguasai negeri ini? Lelaki yang hanya mengikuti segala perkataan petinggi yang mendukungnya? Garis takdir Anda adalah menjadi putra mahkota yang akan menduduki singgasana raja dan tak ada penghapus garis takdir, walaupun Anda berbelok ataupun berbalik arah maka garis itu akan tetap bermuara. Jangan menjadi lelaki keras kepala, Yang Mulia! Anda adalah tonggak yang sebenarnya."

The Wind for Dandelion ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang