Kematian tak untuk disalahkan
Dan hidup bukan untuk disesali
Kehilangan orang yang kau cintai bukanlah akhir
Karena kehilanganlah yang membuat kita semakin kuat
Aku mungkin kehilanganmu
Namun cintamu masih tergores dalam diriku
Dan cintaku tak terhapus oleh waktu
.
.
.
The Wind for Dandelion Epilog
Jika Tuhan menakdirkan untuk mematikan makhluknya, maka itu akan terjadi dan tak ada satupun yang bisa menghindarinya. Setiap kehidupan akan ada kematian dan setiap kematian akan ada jejak dari kenangan. Kenangan yang tak tergantikan dan hanya dia yang memilikinya bersama gadis itu.
Empat tahun setelah itu semuanya terjadi, setelah kematian gadis yang ia cintai. Ia memang pernah terpuruk. Ia memang pernah jatuh. Ia memang pernah hancur. Tapi ia perlahan bangkit dari keterpurukan, ia terbangun setelah jatuh dan ia menyatukan seluruh kepingan yang telah hancur miliknya. Taehyung, putra mahkota yang telah diangkat menjadi penguasa negeri. Raja dengan segala kebijaksanaan dan keteguhan hati. Raja yang rendah hati dan memprioritaskan rakyat. Ia disegani dan dijunjung tinggi. Dan Taehyung mendedikasikan dirinya demi rakyat untuk seorang gadis yang mengorbankan nyawa menghapus segala ketidak adilan di muka bumi.
"Sudah saya duga Anda akan berada di sini Yang Mulia!"
Taehyung perlahan berbalik, menatap sosok yang lelaki yang menjadi orang terpercayanya selama beberapa tahun ini. Ia tersenyum tipis lalu kembali menatap padang dandelion yang kembali mekar.
"Jimin-ah!"
"Ya, Yang Mulia?"
"Kau sudah mendapat informasi keberadaan pangeran?"
"Ia hidup dengan baik di provinsi Pyeongchang. Kabarnya pangeran telah menikahi salah satu anak hakim di sana."
Taehyung menghela napas lega, "Pasti berat baginya. Setelah ia dilepaskan dari hukuman, ia pergi tanpa berpamitan. Bagaimana pun dia adalah adikku dan aku merindukannya."
Jimin tersenyum tipis, "Pangeran kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ibunya dan...."
"Sujeong-ie?"
Jimin menunduk pelan, "Maafkan saya Yang Mulia!"
Taehyung menggeleng, "Bukankah gadisku sangat mudah dicintai?" matanya kembali berkaca, mengingat sang gadis yang telah terpisah nyawa dengannya.
Jimin tersenyum mendengar ucapan itu, "Gadis yang baik hati dan tulus. Kehidupannya memang sulit, tapi nona Ryu telah melakukan hal yang sulit dilakukan banyak orang. Yang Mulia sangat beruntung memiliki gadis yang rela mengorbankan nyawanya demi kebaikan banyak orang."
"Andai saja Sujeong bersabar. Apakah dia masih hidup?"
"Tak ada gunanya berandai-andai Yang Mulia! Kehidupan adalah untuk dijalani dengan usaha terbaik, bukan untuk disesali."
Taehyung tersenyum lebar dengan airmata yang telah meleleh, ia berbalik menatap Jimin. Lelaki itu berjalan mendekat lalu merangkul Jimin erat.
"Bagaimana pun terima kasih sudah menemaniku melalui semuanya."
"Itu sudah seharusnya Yang Mulia!"
"AYAAAHH!!" kedua lelaki itu sontak berbalik menatap anak kecil yang berlari mendekati mereka dengan seorang wanita mengikut di belakangnya.
Jimin berjongkok lalu merentangkan tangannya, membawa anak kecil itu dalam pelukannya.
"Saya tak menyangka Anda di sini Yang Mulia!" ujar Jiyeon –wanita itu lalu berbungkuk pada Taehyung, "Minyeon-ah, ucapkan salam pada Yang Mulia!"
"Annyeong Hasimnika, Yang Mulia!" ujarnya dengan pengucapan yang belum sempurna.
Taehyung tersenyum lebar lalu mencubit pipi gadis di gendongan Jimin, "Pintar sekali. Pasti kepintarannya menurun dari ayahmu," Taehyung melirik Jiyeon sejenak, "Karena tak mungkin itu dari ibumu."
"Kalau saja dia bukan raja, sudah kupukul dia!" gumamnya tapi masih di dengar oleh Jimin. Sontak lelaki itu menatap tajam istrinya, yang hanya menyengir pelan membalas.
"Kenapa kau membawa Minyeon ke sini?" Jimin bertanya.
"Minyeon ingin melihat dandelion yang mekar. Ini karena pamannya yang selalu menceritakan tentang dandelion," ucapnya lalu melirik-lirik Taehyung.
"Ibu, aku mau ke sana!"
"Baiklah! Ayo kita ke sana!" Jiyeon mengambil alih anak berumur dua tahun lebih itu lalu menuju ke tengah-tengah padang dandelion.
Jimin dan Taehyung tak berhenti tersenyum menatap keduanya, menatap kebahagiaan lain bersama teman beserta saudaranya.
"Bahagia itu luas Yang Mulia!"
"Ya, hanya melihat mereka tersenyum dengan tulus aku bahagia."
Taehyung perlahan mendongak menatap ke langit, "Sujeong-ah, apa kau bahagia di sana? Karena saat ini aku sedang merangkai kembali kebahagiaanku. Semoga kita bertemu dan dipersatukan di kehidupan selanjutnya! Aku mencintaimu!"
Karena tak ada yang benar-benar berakhir dalam hidup
Tulisan ini tertoreh sampai di sini
Menggoreskan kisah sang angin dan dandelion yang menari bersama
Hingga takdir memisahkan mereka
FIN
Regard
veraciouSri98
18 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...