Dan jika takdir itu kau anggap kesalahan
Maka tanpa kau sadari
Kau telah menyalahkan Tuhan
.
.
.
Sujeong menghela napas lega dan perlahan mendongakkan kepalanya menatap lelaki itu, lelaki berparas amat menawan di matanya. Merasa diperhatikan, lelaki itu menunduk hingga kedua tatapan mereka bertemu dalam jarak yang amat dekat. Terlalu dekat hingga napas bahkan terasa menempa wajah keduanya, membuat sesuatu dari dalam diri mereka bergetar tanpa di sadari.Lelaki itu –Kim Taehyung memutuskan pandangan mereka dan kembali menghadap ke depan, fokus dengan jalanannya. Ia berdehem pelan mentralisir kekakuan yang terjadi, "Tak usah melihatku seperti itu!"
Sujeong terkesiap lalu menundukkan kepalanya, "Maafkan saya, tuan!"
Laju kuda melambat dan akhirnya terhenti di sebuah padang rumput yang amat luas, Taehyung pun beranjak turun dari kudanya. Ia kemudian mendongak menatap Sujeong yang masih terduduk di sana, Taehyung mendekat kemudian melingkarkan tangannya di perut Sujeong menurunkannya dari kuda.
Lagi, pandangan mereka terkunci dalam beberapa waktu sebelum Taehyung yang kembali mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Terima kasih, tuan!"
"Siapa mereka?"
Sujeong tiba-tiba menunduk sembari menggigit bibirnya, ia terdiam tak menjawab.
"Mereka nampaknya penjaga istana. Kenapa mereka mengejarmu?"
Sujeong kembali tak menjawab, ia kini memainkan jarinya gugup.
"Jika kau tak memberi tahunya, aku tak segan-segan menyeretmu kembali ke sana!" ancamnya membuat Sujeong mendongak.
Sujeong kembali menempel kedua telapaknya di depan Taehyung, "Ku mohon jangan tuan. Aku bisa mati kalau kembali ke sana."
Taehyung mendesah keras.
"Aku hanya... tak sengaja mendengar ucapan selir heebin. Itu saja."
Mendengar nama selir heebin membuat tatapan Taehyung semakin intens pada gadis di hadapannya, "Apa yang kau dengar?"
"Sesuatu yang rahasia."
Taehyung mendekatkan wajahnya, "Dan apa itu?"
"Kenapa tuan ingin tahu?"
Taehyung menghela napas lalu berjalan mundur, "Ah iya, aku tak punya hak untuk tahu," Taehyung kemudian berjalan kembali ke kudanya dan naik ke sana, "Aku sudah menyelamatkanmu 'kan?" ujarnya lalu memacu kudanya pergi.
"TUAN! DASAR LELAKI KEJAM!" teriak Sujeong, gadis itu menggerutu kesal menatap kepergian lelaki itu. Ia kemudian menatap ke kiri dan kanan, "Dimana ini? Astaga, Ryu Sujeong kau benar-benar dalam masalah sekarang."
Gadis itu menunduk menghembuskan napas gusar, ia kemudian memutuskan berjalan di padang rumput yang luas itu. Padang rumput yang tampak gersang namun masih bisa ditumbuhi tanaman liar.
Sujeong berjongkok saat matanya mengarah pada tanaman dandelion yang ada di hadapannya, "Kau itu mirip denganku," gumamnya menatap dandelion itu lamat, "Kecil, tak indah, rapuh dan tumbuh di tempat yang gersang."
Sujeong kembali menghela napas, tangannya terangkat memetik setangkai dandelion di hadapannya, ia menatapnya sejenak dan perlahan meniupnya. Membiarkan putik-putik bunga itu beterbangan meninggalkan tangkainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...