Kau mendengarnya?
Retakan hati yang melolong dalam sedih?
Itu aku karena dirimu
.
.
.
Kedua mata itu masih bertatapan dalam dua perasaan yang berbeda, ada kesakitan yang tersembunyi dibalik pancaran kebahagiaan lainnya. Sujeong semakin menyunggingkan senyumnya lalu memilih mengalihkan tatapannya kembali memandang padang rumput di hadapannya, gadis itu menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Sedang Taehyung memilih untuk menunduk, mempertanyakan dirinya yang tiba-tiba ditempa perasaan yang tak mampu ia definisikan.
"Tapi sayangnya, saya tak mampu meraihnya. Dia terlalu tinggi untuk saya raih," ucapan Sujeong kembali membuat Taehyung menoleh. Ia menatap gadis itu lamat, "Walaupun dandelion bisa tumbuh dimana pun, dia tak akan tumbuh di atas awan 'kan?"
__The Wind for Dandelion Chapter 4 "Threat"__
"Nona, bukankah sebentar lagi Anda akan pergi ke pertemuan para putri bangsawan? Kenapa nona belum berganti pakaian?" tanya Seunghee melihat gadis itu masih terduduk di depan mejanya.
Jiyeon mendongak menatap Seunghee, "Taehyung belum pulang?"
"Tuan muda belum pulang nona."
Jiyeon kembali mendesah, "Bantu aku menyiapkan diri!"
"Baik nona!"
Jiyeon segera berdiri dari tempatnya dan berganti pakaian dibantu oleh Seunghee, setelah itu ia kemudian memoles wajahnya. Mematut diri di cermin, membuat dirinya secantik mungkin, ia menarik sebuah jangot –kerudung wanita yang berguna untuk menutupi kepala, wajah dan tubuh- lalu mengenakannya dan berjalan keluar dari kamarnya
"Kau akan kemana Jiyeon-ah?"
Jiyeon menoleh menatap ayahnya yang berdiri tak jauh darinya, "Ayah sudah pulang? Saya akan ke kediaman menteri Lee, para putri bangsawan sedang berkumpul di sana."
Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk mengerti, "Kalau begitu berhati-hatilah!"
"Baiklah ayah, saya berangkat!" pamitnya, "Ayo, Seunghee-ah!"
Jiyeon melangkah keluar dari kediamannya, namun pikirannya tetap saja tak teralihkan oleh dua sosok yang membuatnya gusar. Gadis itu menarik napas dalam masih berjalan hingga tiba-tiba saja langkahnya terhenti, gadis itu menoleh ke samping melihat sesuatu yang menarik di matanya. Jiyeon melangkah mendekat, ia menurunkan jangotnya dan dengan sekali sentak menarik kertas bergambar sketsa wajah yang ia kenal.
"Itu... gadis yang dibawa tuan 'kan?"
Jiyeon tak menjawab dan hanya tersenyum misterius.
.
.
.
"Pangeran datang!" kepanikan tiba-tiba saja terjadi di bagian dapur istana ketika dua kata itu menggema. Suatu hal yang baru pertama kali terjadi, seluruh dayang pun berkumpul di hadapan lelaki itu dan menunduk hormat. Dayang Han berjalan mendekati lelaki itu dan membungkuk hormat.
"Ada gerangan apa, Yang Mulia datang ke tempat yang penuh dengan asap dan sangat panas ini?"
Pangeran Jangjun tak menjawab, ia lebih memilih memperhatikan para dayang di sana seakan mencari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...