Aku pernah melihat putik dandelion terbang di depan mataku
Tapi saat ku mengikutinya
Ku tak tahu kemana ia pergi
Angin
Kemanakah dandelion itu?
.
.
.
"Sayang sekali, tak ada cara untuk melepas sihirnya!"
Jimin tampak menggeram menatap cenayang itu, ia menarik satu pedangnya lagi yang ia letakkan di punggungnya lalu di arahkan pada cenayang Hwi. Dua pedang yang kini terhunus hampir mengenai leher cenayang Hwi dan dayang Lee, dua pedang yang dengan mudah Jimin gunakan untuk membunuh keduanya dalam waktu bersamaan.
"Bahkan jika kau membunuh diriku, takdir gadis itu tak akan pernah berubah!"
"Bagaimana bisa kau membuat gadis yang tak bersalah menderita?" ucapnya dengan nada rendah yang menakutkan.
Cenayang Hwi tertawa, wanita itu masih bisa tertawa saat nyawanya sedang dalam bahaya.
"Tanyakan itu pada selir heebin! Saya hanya, dibayar untuk melakukan itu. Ah, atau kau bisa menanyakannya pada wanita di sampingmu! Dia ada saat ritual untuk Ryu Sujeong dilakukan."
Jimin kembali menoleh menatap dayang Lee, "Aku sudah memperingatimu sebelumnya. Akui atau kau akan mati saat ini juga!"
"Bunuh saja aku!"
SYUUUTTT
"AAAAKKHHH!" teriakan dayang yang ikut bersama dayang Lee tadi terdengar histeris, matanya kini menatap sosok dayang Lee yang telah terjatuh dengan kepala hampir terputus dari lehernya.
Jimin hanya menatapnya datar lalu kembali memandang cenayang Hwi.
"Aku tak pernah membedakan penjahat manapun. Lelaki ataupun wanita sama saja, semuanya akan habis di tanganku!"
"Itulah yang membuatmu sangat bijaksana. Kau orang yang berpendirian teguh dengan prinsip yang kau pegang."
"Aku tak meminta kau mengatakan hal tentangku! Akh!"
CLAANGG
Pedang di tangan Jimin tiba-tiba saja terjatuh, ia sontak memegang dadanya kesakitan. Cenayang Hwi kini menoleh menatap salah satu muridnya tengah menusukkan jarum pada sebuah boneka ritual, "Siapa yang memerintahkanmu melakukannya?"
"Maafkan saya, Nyonya!" ujarnya lalu menghentikan kegiatannya.
Sedangkan Jimin perlahan mengatur napasnya lalu kembali menatap cenayang Hwi.
"Maaf atas tindakan tidak sopan muridku kepadamu! Bagaimana kalau kita duduk santai sejenak dan membicarakan hal ini sedikit lebih tenang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...