Mengkhianati hati
Mengkhianati keadaan
Akulah pecundang yang sesungguhnya
.
.
.
"Ini apa?"
Pandangan Taehyung mengarah pada sosok Jimin yang terduduk di hadapannya, "Jiyeon yang memberikannya kepada saya, Yang Mulia. Dia mengatakan, tuan Seokjin yang menitipkan buku-buku ini."
Taehyung menarik napas dalam lalu kembali menatap bungkusan itu, dengan perlahan ia membukanya dan mengamati beberapa buku yang ada di sana.
"Catatan pajak beberapa kementerian? Ini... bagaimana bisa hyung memilikinya?" Taehyung membuka halamannya hingga kemudian matanya terbelalak melihat beberapa catatan yang amat menyimpang dan aneh.
"Apa yang tertulis di sana, Yang Mulia?"
Taehyung segera menyerahkannya kepada Jimin.
"Penggelapan dana?" gumam Jimin.
"Itulah yang terjadi. Yang Mulia raja harus mengetahuinya!"
SRAAK
Suara pintu bergeser membuat keduanya berbalik, kini mereka menatap seorang kasim di sana.
"Maafkan saya Yang Mulia, tapi tiba-tiba saja kondisi Yang Mulia Raja menurun drastis."
__The Wind for Dandelion Chapter 16 "Betrayal"__
"... Kau... cari kelemahan putera mahkota bahkan jika bisa cari cara untuk membunuhnya! Kau mengerti?"
Hembusan napas kasar mengalahkan sepoi angin yang melintasi tubuh, Sujeong hanya bisa melakukan hal itu sembari merutuki hidupnya yang semakin kacau balau. Ia berjalan dengan gontai, tak memedulikan –lagi bisik dayang lain yang penuh dengki dan iri. Ucapan hina mereka bahkan tak sepadan dengan takdir hidupnya yang kelam.
"Nona Ryu!"
Suara itu membuatnya mendongak, matanya memandang heran wanita tua berpakaian hijau tua di hadapannya.
"Anda memanggil saya?"
"Ya, nona. Kami diperintahkan oleh Yang Mulia ratu agar nona menemuinya. Mari ikut dengan kami!"
Sujeong mengerjapkan matanya beberapa kali merasa terkejut dengan apa yang dayang itu sampaikan.
"Yang Mulia ratu ingin menemuiku? Tapi kena-"
"Dengan ijin kepala istana, Yang Mulia Ratu. Aku telah menunjuk Ryu Sujeong sebagai... puteri mahkotaku."
"Ah iya, aku baru mengingatnya."
Dayang itu tersenyum tipis, "Ikutlah dengan kami!"
Sujeong hanya menganggukkan kepalanya, ia lalu berjalan di belakang mengikuti kemana wanita itu pergi. Sekali lagi ia menarik napas, menetralkan kegugupannya juga –ketakutannya.
Ya, terlalu banyak hal yang membuatnya takut. Ia takut dengan segala kenyataan yang akan dirinya hadapi. Di balik kebahagiaannya bisa bersama dengan putera mahkota, nyatanya ia lebih memilih untuk tak bersanding dengannya, daripada menyakiti lelaki itu. Rasanya ia terlalu munafik. Dalam dirinya, ia tak ingin putera mahkota tersakiti, tapi ialah sebenarnya ialah yang menyakiti lelaki itu terlalu dalam, bagai belati yang bersembunyi dan siap menerjang jantung lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...