Dua kata 'Jatuh cinta'
Kau tahu kenapa dikatakan demikian?
Karena saat cinta itu datang
Maka bersiaplah untuk terjatuh
Entah dalam kebahagiaan ataupun kesakitan.
.
.
.
"Ibuku tak melakukan sesuatu padamu 'kan?"
Sujeong sontak menggeleng.
Pangeran menghela napas, ia kemudian mendekap gadis itu erat, "Jangan takut! Aku di sini melindungimu."
Sujeong menutup matanya dan membalas pelukan lelaki itu, namun mengapa kegelisahannya tak kunjung hilang. Tapi mengapa? Bukankah ia telah jatuh cinta pada pangeran sejak lama? ia seharusnya merasa senang dengan keadaan ini. Namun yang ia dapatkan hanyalah ketidaknyaman semata, mengapa? Mengapa ia ingin berteriak seakan... bukan pangeran Jangjun yang ia inginkan untuk memeluknya?
Ia mendesah berat dan perlahan mendorong tubuh lelaki itu, membuat Jangjun melepasnya dengan rasa kecewa. Ia kemudian mendongak menatap Jangjun, "Jangan lakukan ini, pangeran!"
Sujeong menatap sekitar tempat yang sepi, beruntunglah hanya ada kasim Nam yang berdiri tak jauh dari mereka tanpa ada dayang. Ia menarik napas dalam dan menunduk hormat.
"Permisi, banyak hal yang harus saya lakukan."
"Jangan pergi! Ku mohon!"
Sujeong yang hendak melewati pangeran kini harus terhenti karena cengkraman lelaki itu. Sujeong menoleh ke samping membuat mereka kembali berpandangan, kening gadis itu mengernyit tak mengerti dengan sikap pangeran yang aneh. Pertama, menolongnya. Kedua, memeluknya. Ketiga, mengatakan ingin melindunginya. Lalu kini lelaki itu menahannya untuk pergi.
Dan sekarang, ada satu hal yang kembali membuat gadis itu tak mengerti tentang dirinya. Mengapa ia tak bahagia dengan sikap pangeran yang seharusnya membuat dirinya menggila itu? Atau mungkinkah perasaan yang terpendam tanpa ia sadari telah lenyap begitu saja?
Sujeong menarik napas dalam, "Anda tak seharusnya seperti ini! Apa yang terjadi dengan saya, bukanlah urusan Anda!"
"Aku yakin ada sesuatu yang terjadi. Katakan!"
"Dan saya yakin 'sesuatu' mungkin benar-benar akan terjadi jika Anda terus bersikap seperti ini. Saya mohon, bersikaplah seperti biasanya pangeran!"
__The Wind for Dandelion Chapter 8 "Fault"__
Tatapan lelaki tua itu begitu tegas menatap gadis yang kini terduduk di hadapannya, ia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan lalu tersenyum tipis.
"Katakan, apa yang sudah kau lakukan pada dayang itu?"
Jiyeon menaikkan alisnya menatap ayahnya tajam, "Kenapa ayah menanyakannya? Dayang itu bukanlah seseorang yang penting untuk ayah tanyakan."
"Ayah ingin jawaban bukan pertanyaan! Jadi jawab pertanyaan ayah sebelumnya!"
Jiyeon mendengus, "Bukankah dia seorang penjahat? Saya hanya menyerahkannya ke tempat yang seharusnya."
Jenderal Kim mendesah gusar sambil memijit keningnya, "Apa ayah pernah mengajarkanmu untuk bertindak gegabah?"
"KENAPA AYAH SEAKAN MEMBELANYA?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind for Dandelion ✅
Fanfiction[HISTORICAL FANFICTION] Kami hanya manusia yang mampu menggoreskan kisah dalam kertas takdir yang telah disediakan oleh Tuhan. Kami bukanlah dewa yang memilih takdir untuk kami jalankan. "Aku telah memilihmu untuk menetap dalam bilik hatiku, maka te...