17. Begin War

1.6K 252 64
                                    



Aku menapaki tanah

Melihat jejak yang melintas

Namun seketika air membasahi bumi dan jejak itu menghilang

Aku tersesat

.

.

.


Aku masih tak mengerti tentang hidup yang ku jalani. Aku takut, aku ketakutan. Takut mati, takut melihatmu mati.


__The Wind for Dandelion Chapter 17 "Begin War"__

Awan menggumpal dengan hitam pekat mewarnai seakan menggambarkan keadaan negeri saat ini. Semalam raja telah wafat setelah keadaannya yang tiba-tiba menurun drastis, semua tak tahu apa yang terjadi dengan raja walau kasim kerajaan telah menjelaskan bahwa raja sering mengalami sakit di dada beberapa hari terakhir ini.

Atensi lelaki berpakaian putih itu mengarah pada awan yang perlahan meneteskan airmatanya. Hujan mengguyur setelah beberapa hari tak tampak, lelaki itu pun membiarkan diri terhantam air yang semakin menderas.

"Yang Mulia, masuklah ke dalam! Anda bisa sakit."

Suara itu, milik Sujeong. Namun Taehyung nampaknya tak menggubris, ia masih menikmati dirinya bersama hujan.

Sujeong menghela napas pelan menatap lelaki itu sendu, ikut membiarkan dirinya terkena tetesan air. Hatinya meringis pedih, ia seakan ingin mengutuk dirinya. Kematian raja merupakan andil dari peranan dirinya, hampir seminggu selama tiga hari sekali ia memasukkan racun itu ke dalam makanan raja.

Setetes airmata turun dari pelupuknya namun segera tersapu oleh air hujan, gadis itu berjalan ke samping Taehyung dan menggenggam lelaki itu erat. Taehyung yang semula mendongak kini menurunkan tatapannya pada Sujeong.

"Masuklah! Kau bisa terkena flu."

Gadis itu menggeleng pelan, "Tidak, jika Anda juga tak masuk."

Dan keduanya berada pada posisi saling menatap dan genggaman yang begitu menghangatkan, membuat satu sosok di sana menggeram dengan gejolak amarah yang semakin kuat.

Kau tahu? Sikap seseorang tak akan bisa tertebak. Yang jahat bisa menjadi baik dan yang baik terkalahkan oleh egonya. Ya, begitulah manusia.

.

.

.

Helaan napas gadis berpakaian hitam itu terdengar, matanya hanya menatap gemericik hujan yang menetes membasahi tanah kering.

"Perasaanku mengatakan akan ada hal besar yang terjadi, menurut eomma bagaimana?"

Wanita di samping Jiyeon menoleh, "Putera mahkota kembali, raja wafat. Fraksi barat dan selir heebin tak akan membiarkan putera mahkota naik tahta."

"Tak salah jika Tae- maksudku putera mahkota membenci istana, di sana terlalu kejam. Tapi...."

"Apa, Nak?"

"Kemarin oraeboni tiba-tiba saja datang dan membawa beberapa buku untuk diserahkan pada putera mahkota, aku penasaran dan membukanya, isinya adalah penyelewengan pajak dari beberapa kementerian. Apa itu bisa mengokohkan kedudukan putera mahkota?"

The Wind for Dandelion ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang