21. Sad Ending ?

494 20 0
                                    

"Makasih Fi." Ucap Gigi saat mereka sudah sampai dirumah Gigi.

"Sama-sama." Ucap Raffi tersenyum tipis.

"Hmm Fi, aku boleh nanya gak?" Ucap Gigi ragu.

"Tanya apa?"

"Dulukan kamu benci banget kalo aku deket-deket sama Ali, kok sekarang..." Gigi tak melanjutkan ucapannya karena ia tahu Raffi pasti mengerti.

"Karena aku gak bisa lagi terus bareng kamu. Lagi pula kalian udah makin deket, kamu juga udah mulai cinta sama Ali kan? Aku gak bisa halangin cinta kalian, walaupun saat itu kamu masih jadi pacar aku." Ucap Raffi tenang.

"Maaf ya Fi, aku udah jahat banget sama kamu, aku udah khianatin cinta tulus kamu, aku..." Ucap Gigi dengan mata berkaca-kaca.

"Nagita, berhenti nyalahin diri sendiri. Tadikan aku udah bilang, ini bukan salah siapapun." Ucap Raffi sedikit terkekeh.

"Kamu gak usah pura-pura biasa aja deh Fi, kenapa kamu senyum terus. Aku tahu kok kamu sakit hati." Ucap Gigi tak kuat melihat Raffi yang terus tersenyum walaupun hatinya sakit.

"Gak ada cinta yang gak bikin sakit hati Gi. Aku memang sakit hati, tapi aku gak mau memperlihatkan sakit hati itu kepada semua orang, khususnya kamu." Ucap Raffi.

(Orang yang udah bikin sakit hati itu ada) lanjutnya dalam hati tak mampu untuk mengucapkannya.

"Karena aku orang yang bikin kamu sakit hati." Ujar Gigi seolah melanjutkan ucapan Raffi.

"Aku pulang ya." Ucap Raffi mengalihkan pembicaraan.

"Hati-hati."

"Pasti." Jawab Raffi.

"Oh iya, semoga Ali bukan hanya cinta sesaat kamu." Lanjutnya seraya menyalakan mesin motornya.

"Maksudnya?" Tanya Gigi bingung.

Raffi hanya tersenyum kemudian mengegas motornya pergi meninggalkan halaman rumah Gigi tanpa menjawab pertanyaannya.

"Maaf Fi, bukan maksud aku khianatin cinta kamu. Tapi entah kenapa rasa cinta aku ke kamu perlahan memudar seiring dengan kedekatan aku sama Ali." Gumam Gigi kemudian melangkahkan kakinya memasuki rumah.

Baru saja Gigi membuka pintu rumah, ia sudah dikejutkan oleh Caca yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh selidik.

"Lo kenapa Ca?" Tanya Gigi.

"Aku gak nyangka ya mba setega itu sama a Raffi." Ucap Caca kecewa.

"Maksud kamu apaan sih."

"Mba gak usah pura-pura deh, aku tau semuanya. Mba gak inget gimana dulu mba ngejar-ngejar A Raffi? Dan sekarang dengan mudahnya mba bilang ke a Raffi kalo mba mencintai cowok lain." Seru Caca menahan kesal.

"Kamu nguping pembicaraan mba sama Raffi?" Tuduh Gigi.

"Itu gak penting." jawab Caca ketus.

"Ca, cewe tuh dikejar bukan ngejar. Aku ngerasa sebagai perempuan istimewa saat ada cowok yang ngejar aku, dan rasa istimewa itu aku dapat dari cowok lain, bukan dari Raffi. Karena apa? Karena Raffi gak pernah ngejar aku justru malah aku yang ngejar-ngejar dia." Seru Gigi membela diri.

"Terserah mba. Aku cuma mau ngingetin, jangan sampe nanti mba nyesel udah khianatin cinta tulus a Raffi. Karena belum tentu orang yang sekarang ngejar-ngejar mba punya cinta yang tulus seperti cinta a Raffi ke mba." Ucap Caca lalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Gigi yang sedang merenungi ucapan Caca barusan.

(Semoga keputusan gue ini gak salah) gumam Gigi dalam hati.

***

"Kok dadakan banget sih Fi, kemarin lo bilang masih seminggu lagi." Ucap Billy sesekali menguap karena masih ngantuk.

Struggle × RANS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang