Death of Night. Just ran off because if you didn't thats when your life ended.
Hutan. Tempat yang terlihat menenangkan disiang hari, tapi tidak untuk malam hari. Suasana entah menjadi mencekam didalam sana. Ditambah dengan Hewan malam yang bergentayangan memantulkan cahaya dari mata mereka, membuat manusia yang ada disana merasa terawasi. Maka dari itu hutan menjadi tempat yang paling dihindari dimalam hari oleh penduduk Grace Town.
Karena sama seperti laut, hutan juga tidak terjamah secara keseluruhan, mungkin manusia hanya menjamah bagian terang hutan, bukan yang tergelap karena disana banyak hal-hal diluar kepala yang mungkin sebenarnya mengintip kehidupan manusia dari jauh.
Sama seperti bagian tergelap dari Darkwood. Disana ada sebuah puri kuno yang agak tidak terurus karena tanaman rambat yang menjalari bagian di dinding puri itu. Puri itu berkesan luas dan sungguh besar tapi bangunanya agak tidak terurus meskipun ada yang mendiaminya.
Gerbang hitam yang masih kokoh tapi agak berkarat menjadi pintu pelindunh bagian depan puri itu, puri yang jauh didalam hutan yang sudah ada disana sejak entah kapan, Namun belum diketahui kehadirannya oleh manusia.Disalah satu balkonnya terdapat seorang pria muda, bisa dibilang fisiknya yang muda umurnya? Jauh dari kata muda. Matanya yang sekelabu awan gelap menebarkan pandangan kesekitar hutan yang mengelilingi puri miliknya itu, dari kejauhan matanya menangkap seekor tupai yang menghadap kearahnya.
Pikirannya mulai berjuntai, ia memikirkan gadis itu. Gadis yang berhasil menarik ia kembali ke masa-masa dimana ia masih seorang mortal fana. Dengan mudahnya gadis itu bisa membuat ia mabuk asmara. Meskipun ia juga belum merasa pasti dengan apa yang ia rasakan, karena sudah lama sekali sejak ia merasakan yang sekarang mulai ia rasakan.
Saat malam mereka menonton pertandingan itu dan saat gadis itu menyentuh pipinya ia sadar. Gadis itu hangat. Hangat sekali. Berbeda dengan dirinya yang dingin. Dan itu berarti mereka jauh berbeda. Ia menunduk sambil menopang tangannya dengan dinding balkon. Rambutnya diterpa angin malam membuat agak bernatakan namun tidak melunturkan ketampanan wajahnya.
Ia seharusnya tidak memikirkan itu semua. Mungkin kehangatan gadis itu yang ia pikir sebagai perbedaan antara mereka sebenarnya adalah sebuah rahmat untuknya, untuk ia miliki.
Gadis itu membantunya merasakan lagi yang namanya perasaan dan rasa dunia. Maklum dia bukan lagi manusia. Ia adalah Vampire. Seorang Vampire tidak bisa merasakan apa-apa, bukan hanya tubuh mereka yang beku tapi perasaan dan indra perasa mereka ikut beku dan kadang itu yang membuat kaum mereka disebut pembunuh berdarah dingin dan melainkan bukan karena mereka tidak punya hati, ya meskipum ada yang seperti itu.
Angin semilir yang tidak bisa ia rasakan, menerbangkan rambutnya kebelakang. Ia jadi terus terusan mengingat gadis itu, bahkan ini bukan bagian dari rencana ia akan menyukai gadis itu, yang bernama Amber. Amber berarti perhiasan dan perhiasan itu adalah untuknya.
Ia membalik tangannya, memperhatikan urat nadi yang sangat terlihat di kulitnya yang begitu pucat. Perlahan tangan yang satunya menyentuh bagian nadi berharap ia menemukan denyutnya lagi, tapi ia juga tau itu semua cuma mimpi. Tapi ia tidak pernah merasakan mimpi lagi, karena ia sudah tidak pernah tidur.
Suatu saat gadis itu akan mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Dan disaat waktu yang tepat itu pula ia kan memberi tau semuanya. Dan pada akhirnya ia hanya akan berharap gadis itu bisa menerimanya atau gadis itu pergi dari dirinya.
Ia masih tidak yakin, apa jika ia memberi tau Amber tentang dirinya, gadis itu akan menerimanya dan mereka akan menjadi pasangan mortal dan immortal? Ia kemudian menggelengkan kepalanya sedikit. Semakin sering memikirkan Amber semakin bertambah pula hasratnya untuk menemui gadis itu.
Tapi ini sudah malam, ia tau tepat dimana rumah Amber tapi dengan mengunjunginya malam-malam begini ia takut menggangu gadis itu.
Dan sebuah ide terbesit didalam benaknya.
Iya!
Itu dia, dia bisa melakukan itu.
Ia segera naik ke atas dinding balkon dan akhirnya terjun kebawah menuju pepohonan hutan yang lebat dan gelap.
Malam ini, gadis itu terlihat sedang sibuk dikamarnya. Dengan beberapa tumpukan buku dan alat tulis, ia sedang menyelesaikan tugas sekolahnya. Matanya tampak fokus dengan sebuah pensil di tangannya, melihatnya seperti itu pasti membuat orang lain tersipu.
Sama seperti Peter yang entah karena apa bisa ada disana, berdiri didepan pintu kamar gadis itu secara diam. Gadis itu jelas tidak bisa merasakan kehadirannya karena antara terlalu fokus atau memang gerakan Peter yang sunyi.
Ia memperhatikan gadis itu dari tempat ia berdiri, seulas senyum terlihat diwajahnya. Andai saja ia bisa langsung mendekati Amber.
Amber mengelipkan sejumput rambutnya ketelinga. Ia menaikan kepalanya dan seperti termenung akan sesuatu selama beberapa detik.
Iapun menoleh kearah pintu, melihat pintunya yang sedikit berdecit. Mungkin karena angin. Benaknya. Iapun melanjutkan pekerjaannya lagi hingga selesai.
Peter langsung melesat keluar, saat Amber menoleh kearahnya. Untung dia sudah keluar dari rumah itu. Jadi ia yakin Amber tidak akan tau jika ada yang masuk kerumahnya.
Aku boshan!
Entah gegara skol aku yg sibuk bets jadi lama updatenaaa. Malesin, skol capekkk mauna nulis cerita aja hehee. Btw how are u? Udah lama nungguin?Akukan coba update deh yg lebih sering deh.
But. VOTE AND COMMENT!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angels
FantasyDidalam diri manusia selalu ditempatkan Satu malaikat pelindung Tapi bagaimana jika Tuhan menempatkan malaikat yang istimewa kepada beberapa orang yang terpilih di Grace Town untuk suatu misi. Dan misi itu sudah dimulai dengan Tuhan mengirimkan s...