Death of Night.

654 57 1
                                    

Before u start reading. please, vote and comment first because that's really important for me.

Ian Deveraux sejak tadi mencari keberadaan Peter Graham.
Mereka berpisah sejak sampai disini dan batang hidung laki-laki itu tak terlihat diantara kerumunan.
Ian bagaikan seorang pecundang yang hanya duduk diam disofa tanpa melakulan apapun dan memandangi orang-orang yang berjoget ria.
Ia tidak biasa-biasanya melalukan ini di pesta, tapi untuk hari ini ia tidak bersemangat.
Entah perasaannya sejakn sampai disini perasaannya tidak enak.

Akhirnya Ian berdiri dan melangkah menuju dapur, mengharapkan segelas air minum daripada bir atau minuman berwarna semacamnya.
Ia masuk kesana dan ternyata lampu tidak dinyalakan, jadi hanya ada cahaya dari luar jendela yang menerangi ruangan ini.
Ia segera mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya, lalu meneguknya sampai habis.
Dengan gelas yang masih digenggamnya, ia memandangi keluar.

Dapur Cheryl Oberton menghadap ke taman belakang, dimana jendelanya terdiri dari dinding kaca tinggi sampai kelangit-langit dengan pintu geser bertirai.
Ia menaruh gelasnya dimeja dan mendekatkan diri ke pintu geser, menyentuh permukaan gagang pintu dengan permukaan jarinya.

"Jangan."

Ian langsung terdiam dengan tangannya yang terulur. Perlahan ia  menarik tangannya turun kebawah. namun seketika ada dorongan didalam dirinya untuk membantah intuisinya sendiri. Ia menggeser pintu itu dan angin dari luar langsung menerpa wajahnya.

Angin malam kali ini terasa aneh, dingin. Namun tidak dingin seperti biasanya, dingin yang aneh dan terasa  janggal. Dengan begitu Ia melewati ambang pintu dan keluar.
Setelah itu, yang tersisa hanyalah desiran angin dan pohon yang bergoyang.

Cheryl Oberton, Amber Stewart dan Peter Graham sama-sama menuruni tangga menuju ke lantai paling bawah rumah itu. Mereka, terutama Cheryl kelelahan setelah mencari ponsel miliknya di setiap sudut rumah. Sedangkan Amber dan Peter mereka terlihat baik-baik saja tanpa sebulir keringatpun turun dari dahi mereka.

"Aku butuh segalon air rasanya." kata Cheryl, lalu berbelok ke kiri menuju dapur.

Cheryl langsung menekan saklar lampu dekat pintu sebelum masuk kesana. Ia langsung membuka kulkas dan memejamkan mata saat rasa sejuk kulkas menyeruap keluar. Ia langsung menuangkan Air dingin ke gelas yang sudah ada dimeja sejak tadi. Lalu meneguknya sampai habis, itupun masih kurang untuk mengobati rasa hausnya.

Amber hanya bisa memandangi Cheryl.

"apa pintu ini selalu dibiarkan terbuka?" tanya Peter yang berdiri tepat di pintu geser dan menoleh ke arah mereka.

"nope, setiap malam pintu itu selalu ditutup." jawab Cheryl santai dan menganggap itu persoalan yang tidak penting.

Amber melangkah keluar melewati pintu itu dalam diam. Rambutnya berterbangan karena tertiup angin malam. Ia mendongakan kepalanya kelangit, merasakan belaian angin yang dingin.

Terasa aneh.

Ia membuka matanya pelan, dan matanya langsung tertuju ke langit yang dipenuhi bintang-bintang.

Peter menggeser pintu itu dan mendekati Amber, berdiri disampingnya. Ia menatap gadis yang sedang mengagumi langit malam diatas mereka.
Sesaat kemudian, Amber menyadari kehadiran Peter.

"malam ini terasa janggal." katanya menoleh ke pepohonan. Ia merasa ada yang memperhatikan mereka.

"aku tau, mungkin karena malam ini adalah pesta pertama yang tidak dihadiri oleh Kenneth Marshall." jawab Peter sambil tersenyum.

"tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal." kata Amber menasihati, tidak tau menau jika itu merupakan sebuah candaan.

"tapi, aku benar-benar merasa aneh. Seperti... "

The Angels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang