who's calling?

610 60 2
                                    

Amber menatap kedepan dan tidak. Bergerak sama sekali. Ia tepat berada dibelakang anak tangga. Apa yang ia lihat ini sungguh tidak terbayangkan dan selama dibumi ia belum pernah melihat yang seperti ini. Mungkin ini yang membuat para orang tua merasa resah dengan anak mereka. Ia sering mendengar doa para orang tua dari atas tentang anak mereka yang kebanyakan meresahkan. Tapi ia tidak tau kalau sebegini meresahkannya.

Rumah Cheryl yang sunyi bagaikan tempat kudus menjadi bagaikan tempat tercemar yang lebih meningkatkan hal duniawi.
Apa yang ia lihat adalah para gadis dengan pakaian minim dan juga semua anak di ruang bawah ini hilang kendali seperti binatang yang dilepaskan dari kandangnya—berjingkarkan, berteriak kesana kemari, menari-nari dan melakukan tindakan yang tidak sopan membuat Amber meringis.
Suara musik yang keras menusuk telinga Amber tapi bertolak belakang dengan mereka yang tampak menikmatinya. Mereka tampak mabuk dan menikmati suasana dengan dalam.

Bar kecil yang ada di rumah Cheryl dipenuhi oleh para temannya yang ia kenali. Mereka meminum dari gelas kaca setelah sebuah cairan dari campuran minuman lain dituangkan oleh seseornag yang menjadi bartender dan dengan sigap meminumnya tanpa pikir panjang meskipun sudah sampai terhuyung kesana kemari.

Hal ini juga menjadi kesempatan para gadis untuk merayu anak laki-laki, berupaya mendapatkan kekasih ideal yang mereka dambakan. Amber bisa melihat itu semua dari sini. Bagaimana bisa seperti ini.

Ia harus menelepon Adam untuk menjemputnya. Ia tidak tahan ditempat ini terlalu berisik dan tidak terkendali. Sebagai Malaikat yang turun ke bumi ini baru untuknya dan ia belum siap. Ya, iya yakin, ia harus pulang dan meninggalkan tempat ini. Lupakan janjinya untuk menemani Cheryl toh Cheryl tampak bersenang-senang merayu laki-laki di ujung ruangan yang  merupakan anggota Tim Football.

Ia melangkah lurus menunuju pintu utama, yang artinya ia harus berdesak-desakan diantara orang-orang ini. Bau rokok dan berbagai parfum menusuk hidungnya membuat tangannya dengan spontan menutup mulut dan hidung. Suara musik yang keras membuat mereka berteriak untuk berkomunikasi membuat Amber ingin segara keluar dari tempat itu.
Asap Rokok mengepul dan lantai menjadi basah akan cairan yang juga berbau menyengat dari tumpahan gelas seorang anak yang sepertinya sudah sangat mabuk namun tetap menari-nari.

Tanpa disadari kantung mantelnya bergetar dan ia dengan tangan yang satunya mengambil ponsel kuning itu menaruhnya ditelinga setelah menekan tombol tanpa melihat layar.

"Halo? Aku tidak bisa mendengarmu. Ini siapa?" tanya Amber agak berteriak karena suara musik yang lebih keras dari suaranya. Ia terpaksa berhenti diantara kerumunan meskipun pintu utama yang terbuka sudah sangat dekat.

Namun tidak ada jawaban, hening membuat ia memicingkan mata lalu melihat nama yang tertera di layar.

"Cheryl?" bisiknya. Menaruh ponsel lagi ditelinga. "ada apa? "

"tolong aku." suara itu rintih antara keputusasaan dan kelemahan.

Ia langsung menoleh kearah dimana tadi ia melihat Cheryl dengan susah payah. Dan ternyata Cheryl masih ada ditempatnya kini bercumbu dengan lelaki itu, tampak mesra.

Namun yang ia sadari adalah itu bukan suara Cheryl melainkan orang lain.

2 jam yang lalu....

"kau membohongi ibumu?" tanya Peter pada Ian sambil berjalan beriringan kesuatu tempat. Ian sudah berpakaian rapi dengan parfum laki-laki yang berbau timun dan es yang sungguh nenyegarkan. Dan Peter masih mengenakan pakaian yang sama.

Ian menyipitkan mata. "secara teknis tidak. Ibuku bekerja bagian malam di rumah sakit hari ini, jadi aku rasa aku bebas."

Peter berkata, "kita lihat jika kau ketahuan."

The Angels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang