Ian.

712 56 3
                                    

Cahaya matahari sudah masuk melalui celah jendela dan Amber masih tertidur di tempat tidurnya. Butiran-natural debu menari-nari diatasnya bagaikan binatang-binatang kecil saat ia membuka matanya. Manik coklatnya sewarna dengan kacang hazelnut yang manis.
Hidungnya mengendus bau coklat panas yang baru dituang kegelas dari dapur saat ia menapakan kakinya ke lantai kayu mable dan benar saja, adam dengan piyama ikatnya sudah menyiapkan sarapan. Setumpuk pancake diatas piring dengan madu yang sudah disiapkan disampingnya.

"pagi," sapa Amber saat masuk kedalam dapur, dan Adam menengok ke samping.

"pagi."balasnya dan menyalakan keran air lalu mencuci tangannya setelah memotong buah strawberi untuk sarapan si kecil, Claire.

Amber duduk dibangku pantry sambil memperhatikan Adam, melakukan kegiatan kecil didapurnya.  Ia menemukan kalau Adam sebagai laki-laki memenuhi kewajibannya sebagai ayah maupun sebagai manusia. Meskipun mustahil melihat manusia tanpa dosa, Malaikat harus tetap berpikir dua kali untuk memasukannya ke limbo atau malaikat itu akan berperang dengannya.

"apa aku boleh memintamu untuk membangunkan Claire?" pintanya sopan. Tidak ada alasan untuk menolak Adam, ia pria yang baik batin Amber melihat ke manik mata pria itu yang penuh ketulusan dan kesabaran. Sekarang ia tau alasan Bapa diatas mengirimkan ia padanya.

Amber menangguk.

"terimakasih." katanya.

Amber menaiki anak tangga satu persatu kembali sampai kelantai atas dan membuka pintu yang ada tepat disamping tangga, yang dihias oleh palakat gantung bertuliskan nama anak itu, Claire.
Tangannya mengetuk pintu pelan dan terdengar Suara gemuruh telapak kaki berlarian mendekat, lalu terbukalah pintu.

Claire yang menggenakan piyama bergambar ikan paus langsung membuka pintu lebar-lebar saat melihat Amber. Ia megusap wajah dengan kedua tangannya.

"pagi," sapa Amber. "sudah siap untuk sarapan?

"pagi." balasnya lalu mengangguk dan  mereka berdua turun dari atas sambil bergandeng tangan.

Ketiga piring sudah berjejer rapi di meja makan dengan masing-masing cangkir disampingnya yang berisi susu, teh, dan kopi. Adam sudah duduk disalah satu bangku.

"pagi,"katanya tertuju pada Claude yang langsung berlari ke meja makan setelah melepaskan pegangannya dari tangan Amber.

"wahh, Stroberi lagi." Claire dengan Berbinar menatap sepiring buah merah yang sudah dipotong kecil-kecil.

Amber menarik bangkunya maju dan duduk disebelah Claire tepat didepan Adam. Sebelum makan mereka melakukan sadistic yang rutin, yaitu tanda manusia bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan. Meskipun kadang banyaknow orang yang lupa karena terkecoh dengan apa yang ada dihadapan mereka.

Doa itu dipimpin oleh Adam dan diakhiri oleh kata "Amin" lalu mereka menyantap sarapan mereka. Saat Amber mengangkat cangkir yang berisi madu untuk menuangkannya keatas panekuknya, bel seraya berbunyi membuat ia langsung menaruh cangkir itu kembali ke permukaan meja dan beranjak dari sana menuju pintu.

Dengan gerakan memutar kunci kekanan, ia menarik gagang pintu kedalam. Lalu muncuhlah pandangan seorang pria paruh baya. Warna rambutnya sewarna rambut jagung yang terjemur sinar matahari, tatapan matanya seperti lelah karena kurang tidur sehingga ia terlihat mengernyit. Dibelakangnya ada seorang lagi, kali ini lebih muda mungkin lima tahun lebih tua dari Amber. Rambutnya sewarna coklat yang dipanggang dan postur tubuhnya tegap berotot, manik abu-abunya tidak bisa menghindari Amber meskipun sudah-sungguh ia berusaha.

"Sherif Arthur," Adam langsung muncul dari belakang Amber sambil mengulurkan tangan. "senang bisa melihatmu." dan menanggukan kepala ke arah pria satunya yang ternyata seorang Deputi.

The Angels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang