tiga puluh lima.

14.7K 3.9K 773
                                    

ketiganya kini sedang duduk di depan tangga. dokyeom sejak tadi merintih kesakitan, meningat dadanya kini tertusuk pisau.

"mending kita langsung bawa dokyeom ke rumah sakit aja," usul eunha tapi dokyeom menggeleng.

"nggak perlu," ujarnya, "percuma juga."

mingyu hanya diam, pemuda itu sejak tadi hanya memperhatikan handphone-nya. berpikir keras, menerka-nerka sesuatu.

"nggak-nggak, permainan udah selesai dan kita bisa bawa elo ke rumah sakit sekarang," ujar eunha lagi tapi mingyu segera menghentikan gadis itu.

"permainan belom selesai," ujarnya. handphone-nya ia angkat, jam menunjukan pukul tiga lebih lima menit.

"maksud lo apa?" tanya eunha lagi.

"udah jam tiga lebih lima," ucap pemuda itu, "kekuatannya memuncak setelah jam tiga. air garem ngga bisa ngalahin akiko setelah jam tiga. spirit bisa meninggalkan medium boneka setelah jam tiga."

"jadi maksudnya apa? bukannya kalian berhasil ngalahin akiko? gue denger dokyeom teriak 'kami yang menang.' masalahnya dimana?" tanya gadis itu, meminta penjelasan karena mingyu tak kunjung memberi tahu.

"akiko berhenti gerak di 'kami yang menang' yang pertama. sialan! kita telat!" ujar pemuda itu.

dokyeom langsung paham sedangkan eunha masih bingung. "ayo, kyeom," ajak mingyu. pemuda kim itu sudah siap membopong dokyeom tapi ditolak, "percuma. kalian cepet pergi. sebentar lagi gue bakal jadi penjaga," ujar pemuda itu.

"nggak-nggak, gue ngga mau kehilangan temen lagi ya," protes mingyu tapi dokyeom benar-benar menolak, "jangan. kalau gue jadi penjaga, nggak perlu mikir panjang, langsung bunuh. paham?"

mingyu menghela nafas, "kyeom."

"udah. buruan, baca lagi diary chaeyeon. siapa tau ada petunjuk," ujar dokyeom.

dengan berat hati pemuda kim meninggalkan dokyeom. ia mengajak eunha lari. cukup jauh sampai gadis itu tiba-tiba berhenti.

"gue harus kasih tau elo sesuatu."

[i] dead and seek.✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang