Sinar matahari begitu menyilaukan di sore ini. Matahari seolah enggan pergi dari peraduannya meski bulan sudah ingin cepat-cepat menggantikan posisi matahari. Sesekali angin berhembus, menerpa rambut sepunggung Sidney yang tengah berjalan di area kampus untuk pulang.
Kepalanya masih dipenuhi dengan Newt yang bersikap aneh kemarin malam. Rasa enggan untuk pulang ke penthouse pria itu semakin bertambah kala ingatannya kembali digali akan ucapan tajam Newt soal masakannya. Jujur saja, hatinya masih sakit ketika mengingat hal itu.
"Sid, aku duluan!"
Sidney membalikkan badan ke kiri, mencari asal suara dan menemukan pasangan muda berjalan tak jauh darinya.
"Hati-hati!" Sidney melambaikan tangannya.
Suara yang baru saja menyapanya adalah milik Lisa. Temannya itu dijemput oleh kekasihnya. Bikin iri saja.
Sambil berjalan, Sidney tak henti memikirkan bagaimana sikap yang harus ditunjukkannya nanti ketika berhadapan dengan Newt. Apa ia menghindar seperti biasanya saja? Menghindar pun rasanya percuma sebab ia tinggal serumah dengan Newt. Apa ia harus menginap sehari lagi di rumah Lisa?
"Ah! Pria itu membingungkan sekali." Sidney mengusap wajahnya. Embusan napas kasar lolos dari mulutnya.
"Siapa yang membingungkan?"
Interupsi dari belakang membuat kaki Sidney berhenti melangkah. Ia seperti kenal dengan suara tersebut. Perlahan, Sidney pun berbalik dan menemukan mata biru terang yang tengah menatap tajam dirinya.
Ya, Tuhan! Itu adalah Newt. Baru saja Sidney memikirkannya, kini pria itu sudah berada di depannya. Dan apa yang dilakukan Newt di kampusnya?
"Ka-kau sedang apa?" tanya Sidney. Suaranya terbata-bata, belum siap rasanya bertemu dengan pria itu.
"Menjemputmu," jawab Newt dengan enteng. Berbanding terbalik dengan Sidney yang entah bagaimana bisa tiba-tiba saja merasa gugup. "Ayo!"
Rahang Sidney hampir menyentuh tanah saking lebarnya mulutnya menganga. Bagaimana tidak, Newt datang ke sini untuk menjemputnya? Yang benar saja. Kenapa pria itu berubah menjadi baik? Rasanya Sidney tidak memasukkan apa pun ke dalam masakannya kemarin malam.
"Hey, Kuning! Cepatlah."
Teguran dari Newt membuat Sidney meninggalkan segala pemikirannya. Ia pun menyusul pria itu yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya.
"Pakai sabuk pengamanmu," perintah Newt ketika Sidney baru saja duduk di sampingnya.
"Ah, iya."
"Kau jangan besar kepala dulu karena aku menjemputmu. Aku melakukan ini karena Mama yang menyuruh," ucap Newt blak-blakan sembari menjalankan mobilnya.
Detik itu pula, tak ada lagi alasan bagi Sidney untuk mempertanyakan sikap Newt yang mendadak berubah. Sebab, pria itu masih sama. Hanya tadi malam saja pria itu sedikit membingungkan dengan bersikap lembut kepadanya.
Alhasil, Sidney hanya mengangguk tanpa suara.
Setelah itu, keheningan menyelimuti mereka dalam beberapa menit. Dan dihapuskan oleh nada dering yang berasal dari ponsel Newt.
"Ya, Louisa?"
Awalnya Sidney bermaksud untuk menulikan telinganya dan berusaha untuk tidak menguping Newt yang tengah menjawab panggilan masuk. Namun, saat nama Louisa terdengar di telinganya, ia jadi teringat dengan wanita yang ia temui di pinggir jalan waktu itu.
Seingatnya, Louisa adalah nama kekasih Newt. Dan Louisa adalah orang yang sama dengan yang waktu itu dilihatnya tengah bercumbu bersama pria lain. Jadi, Newt rupanya masih berhubungan dengan wanita itu. Lalu, kenapa Louisa berciuman dengan pria lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Newt Hamilton, seseorang yang digadang-gadang akan mewarisi kekayaan ayahnya yang begitu berlimpah. Akan tetapi, sifatnya yang arogan membuat sang ayah belum mau memberikan semua kekayaan yang telah dirintisnya mulai d...