Sidney mendaratkan satu ketukan pada pintu kamar Cliff, disusul oleh ketukan berikutnya sembari tangan kirinya memegang segelas jus apel dingin dan bibirnya beberapa kali menyerukan nama Cliff untuk meminta secara baik-baik agar bocah itu keluar sejenak.
Sedang di sisinya ada Newt. Tampak gelisah dalam posisi berdirinya. Pria itu ingin memperbaiki dirinya setelah semua cerita tentang masa lalunya sampai ke telinga Sidney.
Benar apa yang gadis itu katakan, mungkin rasa bersalahnya lama-kelamaan akan hilang jikalau ia membenahi apa yang telah ia buat di masa lalu. Mungkin dengan itu pula ia tak lagi dibayang-bayangi oleh cerita di masa lampau yang selalu berhasil membuat sosoknya terlihat rapuh.
Panggilan Sidney bersambut tatkala tubuh kecil Cliff muncul di balik pintu yang telah terbuka, menampakkan raut tak bersahabatnya seperti biasa. Tetapi kali ini Sidney mencoba untuk tak terpancing emosi agar niatnya mendamaikan Newt dan Cliff berjalan dengan sempurna.
"Ini, jus apel yang kau minta tadi." Dengan wajah ceria penuh senyum, Sidney langsung menyodorkan gelas berisi jus apel dingin tersebut kepada Cliff, mengabaikan riak bingung di wajah bocah itu kala mendapati Newt dan Sidney sama-sama berada di depan kamarnya.
"Aku sudah tidak menginginkannya."
Secepat kilat Sidney menahan Cliff yang hendak menutup kembali pintu kamarnya. Seulas senyum ia berikan ketika Cliff menyipitkan matanya tak suka.
"Sesekali menurutlah pada calon Ibumu, Cliff," Sidney berkata saat Cliff bermaksud melontarkan protes.
Kelopak mata Cliff melebar. Ia tidak percaya kalimat tersebut lolos dari bibir Sidney yang bahkan beberapa saat yang lalu mendebatnya dengan keras saat ia menyinggung soal itu.
"Kau pasti sudah gila," ujar Cliff yang menolak mati-matian ucapan Sidney sebelumnya.
"Kau boleh menyebutku gila." Sidney benar-benar mulai pandai mengatur emosinya. "Ambillah jus ini, Cliff." Ia kembali menyodorkan gelas tersebut kepada Cliff tanpa peduli dengan air muka bocah itu yang tampak makin kesal.
"Pergilah! Aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk meladenimu." Ucapan Cliff terdengar begitu tajam. Wajahnya berubah semerah bata, kelihatan terganggu dengan Sidney.
"Sudahlah, Sid. Tidak usah dipaksa." Newt buka suara setelah dirinya hanya berperan sebagai penonton.
Percobaan pertama gagal, tetapi Newt belum mau menyerah untuk menarik perhatian Cliff dan bersikap layaknya ayah dan anak pada umumnya.
Cliff yang sedari tadi mengabaikan Newt pada akhirnya menoleh ke arah pria itu. Sesaat, keduanya sama-sama saling tatap. Dan kontak mata yang terjadi di antara keduanya harus terputus ketika Newt memberikan secercah senyum kepada Cliff yang ditanggapi dengan palingan wajah oleh bocah itu.
Newt sangat sadar bahwa tak mudah untuk mengulang kembali semuanya dari awal. Banyak kesalahan yang telah diperbuatnya yang sulit untuk dimaafkan orang lain—termasuk Cliff sekalipun.
Karakter Cliff yang seperti itu pun terbentuk karena egoisme Newt dan lepasnya tanggung jawab pria itu terhadap Cliff yang mana merupakan anaknya sendiri. Andai ia lebih cepat menyadari semuanya, ia yakin Cliff pasti tak dewasa sebelum waktunya dan hanya tahu main seperti bocah lainnya.
Untuk ke sekian kalinya, Sidney bisa merasakan kembali ketegangan tiap kali Newt dan Cliff bersama. Dengan cepat ia mengambil alih situasi ini lalu mencoba untuk mencairkannya.
"Sudahlah sana, masuk saja ke kamarmu." Dengan wajah masamnya, Sidney menyuruh Cliff untuk masuk ke kamarnya dan menganggap misi pertamanya gagal.
"Berikan jus itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Newt Hamilton, seseorang yang digadang-gadang akan mewarisi kekayaan ayahnya yang begitu berlimpah. Akan tetapi, sifatnya yang arogan membuat sang ayah belum mau memberikan semua kekayaan yang telah dirintisnya mulai d...