Bagian 23

100K 8.8K 161
                                    

"Dan dia meninggal karena aku yang membunuhnya."

Sejak kalimat itu terlontar dari bibir Newt beberapa detik yang lalu, yang bisa Sidney lakukan hanyalah diam membisu di tempat dengan matanya yang menatap nyalang ke arah Newt.

Berulang kali Sidney meyakinkan dirinya bahwa pendengarannya pasti sedang tidak beres, tetapi ekspresi yang ditunjukkan Newt berhasil mematahkan semua penolakannya terhadap perkataan pria itu.

Penuturan Newt barusan, apakah itu benar? Apakah pria itu memang membunuh Elin yang merupakan ibu dari anaknya sendiri?

"Aku dan Elin menjalin pertemanan selama beberapa tahun." Newt buka suara setelah hening cukup lama. Ia pun melangkah perlahan, mendekati Sidney yang belum berkutik sama sekali. "Pertemanan kami berlanjut sampai pada tahap di mana aku dan Elin tidur bersama."

Sidney menahan napasnya ketika tinggal selangkah lagi Newt berada tepat di hadapannya.

"Aku akui kalau aku memang suka sekali bermain dengan para wanita. Tidur dengan mereka tanpa menjalin hubungan yang serius. Tidak jauh berbeda dengan hubunganku dan Elin walau aku mulai menyayanginya." Newt berhenti tepat di depan Sidney dan membuat gadis itu kehilangan napasnya. "Tetapi sayangnya Elin salah menangkap maksudku yang sebenarnya dan membuatnya besar kepala sampai dia tak lagi meminum pil pencegah kehamilan saat tidur denganku dan membuat Cliff tanpa sengaja hadir di antata kami."

Sidney menelan ludahnya. Kakinya bergerak gelisah di bawah sana. Sungguh, walau ia merasa sedikit sakit hati kala Newt tidak jujur padanya, tetapi ia juga tidak ingin mendengar semua cerita pria itu.

Sidney tidak ingin terlalu jauh menyelami kehidupan Newt. Saat ia berkata bahwa semua itu bukanlah urusannya, maka memang seperti itu kenyataannya. Bahwa ia tidak ingin terlibat lebih jauh karena semuanya benar-benar membingungkan.

"Awalnya aku tidak bisa menerima semua itu. Aku kerap kali menghindari Elin seperti seorang pengecut. Pun sampai Cliff lahir, aku masih sering menganggap bahwa dia bukanlah anakku. Bahkan, Cliff sekarang sangat membenciku." Wajah Newt memerah, seperti sedang menahan suatu emosi yang begitu besar dalam dirinya.

"Ka-kau tidak perlu menceritakannya kepadaku," sanggah Sidney dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Newt menggeleng, memejamkan matanya sejenak sebelum iris biru terangnya kembali beradu dengan manik cokelat gelap milik Sidney.

"Kau harus mendengarnya, Sid."

Gantian Sidney yang menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku rasa apa yang terjadi denganmu bukan urusanku."

Sungguh, Sidney benar-benar tidak ingin tahu tentang masa lalu Newt walau rasa penasaran memaksanya untuk tetap diam dan mendengarkan cerita pria itu sampai tuntas. Sidney hanya tak ingin terlibat lebih jauh dalam kegilaan ini.

Kening Newt berkerut dalam. Raut wajahnya berubah hanya dalam sekian detik. Kini, riak tak suka di wajahnya terlihat dominan. Ada perasaan tak senang yang menyergap dalam hatinya kala Sidney dengan terang-terangan menyatakan bahwa itu bukanlah urusannya.

Newt mengambil satu tangan Sidney dengan sedikit memaksa, membuat gadis itu hampir memberontak.

"Kau lihat, Sid." Pandangan Newt mengarah sekilas pada cincin yang tersemat di jari manis Sidney, cincin yang ia beri untuk gadis itu sebagai tanda bahwa ia akan menjadikannya sebagai bagian dari hidupnya. Lalu, pandangannya kembali naik untuk kembali bertatap muka dengan gadis itu. "Saat aku memasang cincin ini di jarimu, saat itupula aku bersungguh-sungguh denganmu."

Sidney berusaha menarik tangannya dari genggaman Newt, tapi usahanya berakhir pada kesia-siaan karena Newt menahannya dengan keras.

"Ini terlalu membingungkan, Newt." Sidney menggelengkan kepalanya, memandang Newt dengan tatapan memohon. "Sikapmu menunjukkan jika kau sedang mempermainkanku. Kau berkata bahwa kau menyukaiku, tetapi nyatanya sikapmu tak pernah menunjukkan apa yang bibirmu ucapkan."

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang