Bagian 27

100K 8.4K 197
                                    

Pagi ini, Sidney dikejutkan dengan kehadiran Newt di depan kamarnya. Pria itu tampak rapi dengan setelan kantornya dan wajah tanpa ekspresi yang mendominasi.

"Apa?" Sidney memulai terlebih dulu kala Newt tak juga buka suara.

"Biar aku antar."

Mendengar kalimat yang diucapkan dengan nada datar tersebut, Sidney hampir menyemburkan tawanya. Newt benar-benar terlihat kaku dan tak berpengalaman. Padahal, pria itu sering berkencan dengan banyak perempuan.

Ah, iya! Sidney lupa kalau para wanitalah yang mengajaknya. Dan Newt hanya tahu menerima saja.

"Aku ingin berjalan kaki saja, seperti biasanya," tolak Sidney yang maksud sebenarnya adalah untuk melakukan tarik ulur.

Nyatanya, permainan yang Sidney rencanakan gagal total sebab Newt terima-terima saja.

"Aku pergi duluan kalau begitu," kata Newt yang lantas berbalik dan berlalu dari hadapan Sidney.

Kedua bahu Sidney meluruh seiring dengan matanya yang menyorot Newt ketika pria itu menuruni anak tangga. Sial sekali memang. Newt jelas hanya tahu menerima saja.

Alhasil, Sidney mengejar Newt. Berjalan di belakang pria itu dengan tangan yang terulur ke depan untuk menarik-narik kemeja bagian belakangnya.

"Antarkan aku," pinta Sidney yang terdengar seperti sebuah rengekan.

Sudah cukup, pikir Sidney.

Rasanya bila bersama Newt, sudah tak perlu lagi melakukan permainan yang hanya akan merugikan dirinya sendiri. Meskipun tadi malam mereka terlibat ciuman panas, Newt akan tetap menjadi pria menyebalkan sekaligus tidak peka.

"Tidak mau," sahut Newt tak acuh, dan tetap melanjutkan langkahnya tanpa peduli akan rengekan Sidney. Lebih tepatnya pura-pura tak peduli.

Keadaan memang begitu cepat berubah. Tadinya Sidney yang menolak, sekarang malah Newt.

Sidney mengerucutkan bibirnya. Tetap bertahan pada sikap awal dan kembali merengek. Persetan jika pria itu mengatainya berlebihan. Sebab, jawaban di dalam hati Sidney tadi adalah menerima. Sedang menolak hanya dijadikan sebagai alibi agar Newt membujuknya selayaknya pasangan pada umumnya.

Memangnya kalian sudah menjadi pasangan?

Tiba-tiba saja bawah sadar Sidney menyerukan satu pertanyaan yang agak mengganggu dan membuatnya sedikit kesal. Lantas, Sidney mencoba untuk bersikap tak peduli. Rasanya tidak perlu mengubah status mereka hanya karena saling mencintai. Yang penting keduanya tahu isi dari hati mereka masing-masing seperti apa.

"Newt." Sekali lagi Sidney merengek. Tangannya masih menarik-narik kemeja pria itu, persis seperti bocah.

Detik itu pula Newt mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah lantas menghentikan langkahnya untuk kemudian berbalik menatap Sidney yang wajahnya sudah ditekuk masam. Pria itu pun tertawa pelan.

"Berhenti merengek. Aku akan mengantarmu," ucap Newt. Senyum terbit di bibirnya dan satu tangannya ia perintahkan untuk mengusap rambut Sidney.

Sidney masih mempertahankan raut kesalnya. Ia pun meninju pelan perut Newt. "Menyebalkan."

Lagi-lagi Newt terkekeh. Ia meletakkan kedua tangannya di wajah Sidney, kemudian menarik pipinya dengan gemas yang langsung mendapat protes keras dari gadis itu yang berupa pukulan beruntun di bahu Newt.

Drama di pagi hari ini harus terhenti ketika ponsel Newt yang berada di dalam saku celananya berbunyi. Pria itu pun terpaksa melepaskan Sidney yang langsung bergumam jengkel sambil mengusap-usap wajahnya.

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang