Bagian 26

106K 8.2K 171
                                    

Sidney mengambil tiga kaleng minuman soda dari dalam lemari pendingin dan bergabung bersama Newt dan Neil di ruang tengah.

"Jadi, dia adikmu?" Sidney menyerahkan masing-masing satu kaleng soda kepada Newt dan Neil lantas menyisakan satu untuknya.

Newt mengisyaratkan Sidney untuk duduk di sampingnya yang langsung dituruti oleh gadis itu. Keduanya duduk bersisian dengan Neil yang berada di hadapan mereka.

"Ya, dia adikku."

"Dan kau baru saja memukul adikmu sendiri, Newt." Sidney melihat ke arah Neil yang tengah mengompres memar di wajahnya akibat ulah Newt.

"Newt memang selalu menyiksaku, Sid. Kau tidak perlu heran," timpal Neil sambil melirik sinis Newt yang tampak tak merasa berdosa sama sekali.

Sidney melirik Newt sekilas lantas menggelengkan kepalanya, merasa sedikit kesal dengan sifat Newt yang memang selalu bertindak sesukanya.

Namun, dibanding itu semua, Sidney merasa jauh terpuaskan karena rasa penasarannya akan rupa anak bungsu pasangan Olivia dan Nate Hamilton telah diketahuinya secara langsung. Pantas saja wajah Neil tidak asing di matanya saat mereka pertama kali berjumpa. Ternyata ia pernah melihat pria itu di kediaman Hamilton meski hanya dalam bentuk foto.

Lantas, yang menjadi pertanyaan Sidney sekarang adalah, ke mana saja perginya Neil Hamilton selama ini? Kenapa sejak mengenal keluarga Nate dan Olivia, ia hanya bertemu dengan keempat anak mereka?

Ah! Pertanyaan itu agak mengganggu Sidney. Akan tetapi, ia memilih untuk menanyakannya kepada Newt secara pribadi saja. Rasanya tidak enak bila ia bertanya langsung pada Neil. Pria itu takutnya akan menyalahartikan pertanyaannya.

"Jadi, apa tujuanmu datang kemari?" tanya Newt pada Neil yang masih sibuk mengompres memarnya walau kelihatannya tidak terlalu parah. Adiknya yang satu itu kadang suka berlebihan.

"Aku hanya ingin bertanya kepadamu di mana kau membeli cincin seperti yang kau berikan kepada Sidney."

Newt mengernyit. "Dari mana kau tahu soal cincin Sidney?"

Sidney berdeham pelan, memainkan kakinya di bawah sana sambil kedua matanya mengelilingi seisi ruangan dengan maksud utama menghindar dari topik obrolan yang mengangkat persoalan mengenai cincinnya. Dari obrolan Newt dan Neil, Sidney yakin Neil pasti akan menyinggung dirinya yang hampir menjual cincin tersebut tempo hari.

"Aku tidak sengaja bertemu dengan Sidney di toko perhiasan. Dia hampir menjual cincinnya waktu itu," jawab Neil dengan santai. Seolah tak paham bahwa jawabannya membuat seorang Newt mendadak diliputi kemarahan.

Mati kau, Sidney!

Sidney benar-benar memalingkan wajahnya dari Newt. Tidak peduli jika pria itu menoleh padanya. Yang jelas, saat ini ia harus melindungi dirinya dari kemurkaan Newt yang auranya mulai terasa mencekam.

Wajah Newt berubah datar. Berbagai macam ekspresi telah hilang dari sana kala ia melirik sepintas ke arah Sidney yang terlihat jelas sedang menghindari kontak apa pun dengannya.

Meninggalkan Sidney, Newt kembali kepada Neil yang belum menyadari perubahan suasana di sekitarnya. Lantas, pria itu pun memilih untuk menyimpan sejenak persoalan tentang Sidney yang ingin menjual cincinnya dan akan mengurusnya nanti. Ketika hanya tinggal dirinya dan Sidney saja.

"Lalu, bagaimana kau bisa mengenal Sidney?"

Selain penasaran dengan Sidney yang hampir menjual cincinnya, Newt juga penasaran bagaimana bisa adiknya itu mengenal Sidney sementara Neil sendiri baru keluar dari penjara satu minggu yang lalu.

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang