Extra Part I

121K 7.2K 325
                                    

Menurut Cliff, menolak keinginan ibunya adalah hal tersusah untuk dilakukan di dunia ini. Apalagi bila dilakukan ketika sang ibu tengah mengandung. Emosinya tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan. Salah sedikit saja, omelan panjang harus diterimanya dengan pasrah, tanpa protes jika tak ingin terkena omelan bagian kedua.

Tak jauh berbeda dengan Cliff, hal tersulit untuk dilakukan di dunia ini menurut Newt adalah membantah keinginan sang istri. Kalau sesuatu telah keluar dari mulutnya, maka itu adalah hal mutlak yang wajib untuk dijalankan. Jangan menolak bila tak ingin tidur terpisah.

Dan kini, kedua ayah dan anak itu sedang meratapi nasib mereka yang tak bisa berbuat apa-apa atas titah Sidney. Keduanya terduduk lemas sambil bertopang dagu, menyaksikan Sidney yang tengah memberi instruksi kepada orang-orang dari jasa event organizer untuk menyusun dekorasi pesta ulang tahun Cliff yang keempat belas tahun.

"Dad, tolong selamatkan aku." Cliff melirik Newt dengan ekspresi penuh harap.

"Maaf, Nak. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terima saja nasibmu," sahut Newt tanpa balik memandang Cliff, hanya menepuk-nepuk pelan kepala anak lelakinya itu dengan simpati.

"Ah! Menyebalkan sekali." Cliff telah pasrah pada keadaan.

Jujur saja, tak masalah bagi Cliff jika ulang tahunnya dirayakan meskipun rasanya sudah tak pantas baginya untuk merayakan hari kelahirannya bila tidak di angka-angka tertentu. Namun, ada hal lain yang membuat Cliff mendadak lemas. Konsep yang diusung pada ulang tahunnya kali ini menggunakan warna serba kunig.

Demi, Tuhan! Kuning.

Seorang remaja lelaki yang bahkan sudah menginjak bangku senior high school merayakan ulang tahunnya dengan nuansa kuning. Di mana letak ke-manly-annya? Setidaknya gunakan warna biru langit jika Sidney ingin mengangkat nuansa cerah.

"Cliff, ke sini sebentar, Sayang!"

Dengusan panjang keluar dari mulut Cliff. Sebelum beranjak menghampiri Sidney, lelaki itu melihat ayahnya sejenak. Dari air mukanya, ia benar-benar tampak seperti seseorang yang sangat membutuhkan pertolongan.

"Pergilah." Bukannya memberi bantuan walau hanya berupa semangat kepada Cliff, Newt malah langsung menyuruhya untuk menghampiri Sidney.

"Ada apa, Mom?" tanya Cliff tanpa gairah ketika sudah berada di dekat Sidney.

"Coba pakai tuksedo ini." Sidney menyerahkan satu setel pakaian yang masih terbungkus plastik kepada Cliff.

Cliff benar-benar kehilangan akal pikirannya saat menemukan setelan yang juga berwarna kuning.

"Mom, kau yakin aku harus memakai ini?"

"Apa menurutmu Mommy sedang bercanda, Cliff?"

Pertanyaan itu memang sederhana, tetapi ketika Sidney mengucapkannya, itu malah terdengar seperti sebuah peringatan dan secara tak langsung Sidney juga berkata: cepat gunakan baju itu atau kau kucoret dari daftar keluarga.

Ya, kurang lebih seperti itu. Dan Cliff yang memang sangat menyayangi sang ibu tentu tak main-main dengan perintahnya.

Newt yang melihat kepergian Cliff akhirnya bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Sidney yang masih sibuk mondar-mandir ke sana kemari dengan perutnya yang tampak sedikit besar karena kehamilan keduanya.

Awalnya, Newt juga tak menyangka kalau Sidney akan hamil lagi setelah delapan tahun berlalu. Mereka sangat bersyukur untuk itu karena Newt dan Sidney sama-sama ingin mempunyai anak yang banyak selagi usia Sidney masih dalam masa produktif.

"Jangan terlalu lelah, Sayang." Dari arah belakang, Newt memeluk Sidney sehingga membuat wanita itu harus menghentikan kegiatannya sebentar.

Sidney mendengkus geli. "Aku masih kuat, Newt."

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang