Bagi Sidney, mencintai Newt tidak lengkap rasanya bila tak mencintai Cliff pula. Kedua laki-laki itu sepaket. Ia akan langsung mengangkat kedua tangannya jika seseorang memintanya untuk memilih satu di antara mereka dan melepas salah satunya.
Sidney sendiri juga tak menyangka bahwa hidupnya akan lebih berwarna—warna yang cerah tentunya, tidak gelap seperti yang lalu-lalu—setelah bertemu dengan Newt dan juga Cliff. Kedua laki-laki itu pun memiliki pola yang sama sebelum menjadi sedekat ini dengannya.
Awalnya selalu membuatnya naik darah, memancing emosinya tanpa kenal waktu. Lalu, entah bagaimana bisa pada akhirnya panah sang cupid menancap di hati mereka bertiga.
Alurnya sungguh menggelikan. Dari benci jadi cinta.
Dan kini, Sidney bersama Newt tengah menyusul setengah hatinya—Cliff—yang katanya memilih untuk kembali tinggal bersama orang tua asuhnya karena kepergian Sidney.
Ia tak tahu harus sedih atau terharu karena Cliff secara tidak langsung menganggap dirinya begitu berarti.
Sedang asyiknya Sidney berkelana dengan lamunannya, tiba-tiba saja ia merasakan mobil yang Newt kendarai berhenti melaju. Ia pun membawa dirinya dari alam bawah sadarnya dan mendapati mobil Newt sudah terparkir di depan sebuah rumah bergaya ranch.
"Ayo, Sid. Kita sudah sampai." Newt melemparkan senyumnya kepada Sidney sebelum melepas seat belt-nya dan bergegas keluar.
Sidney segera menyusul, tampak buru-buru sampai kakinya tersandung bebatuan dan membuatnya hampir tersungkur kalau saja Newt yang berada di depannya tak cepat-cepat menangkap tubuh mungilnya.
"Hati-hati, Sid." Newt berdecak sambil menggeleng beberapa kali.
Sedang Sidney hanya bisa meringis dan kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini dengan Newt yang memegang tangannya sebagai antisipasi supaya kejadian tadi tak terulang untuk yang kedua kalinya.
Sesampainya mereka di depan pintu, Newt langsung melayangkan satu tangannya dan memberi dua ketukan pada pintu berbahan kayu tersebut.
Tak perlu waktu lama bagi Newt dan Sidney hingga sang pemilik rumah membukakan pintu untuk mereka. Secara perlahan pintu depan tersebut mengayun terbuka, menampakkan sesosok pria yang cukup berumur dengan rambut kelabunya.
"Newt?" Pria tua itu agaknya sedikit terkejut mendapati Newt berada di rumahnya tanpa mengabari terlebih dahulu seperti sebelum-sebelumnya.
"Hai, Paman Greg," sapa Newt dengan senyum tipisnya. "Maaf aku tidak mengabarimu seperti biasanya. Wanita ini memaksaku untuk segera kemari." Ia melirik Sidney yang ada di sisinya dalam sekian detik sebelum kembali pada pria yang bernama Greg itu.
Mendapati tatapan Greg yang telah beralih pada Sidney akibat ucapan Newt tadi, Sidney tak dapat menahan wajahnya yang sudah memunculkan rona kemerahan.
Lantas, ia pun mengangguk singkat pada Greg. "Hai, Paman. Aku Sidney." Dan memperkenalkan dirinya secara sopan.
Di depannya, Greg sudah mengulum senyum. Tatapannya kembali beralih pada Newt. Dan siapa pun tahu jika tatapan itu mengandung suatu arti sendiri yang tak lain adalah sebuah godaan. Hal itu dapat dibuktikan setelah Greg buka suara.
"Jadi, siapa wanita ini, Newt?"
Newt meraih pinggang Sidney untuk dirangkulnya. "Wanita ini mengaku sebagai calon ibunya Cliff, dan otomatis dia adalah calon istriku."
Lagi, Sidney tak dapat menolak ketika rasa panas menjalar di wajahnya. Ia yakin rona merah itu kembali hadir di sana.
Greg tertawa penuh suka cita. "Kalian kelihatan serasi." Di penghujung kata, ia memberi kedipan mata pada Sidney dan membuat wanita itu menunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romansa[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Newt Hamilton, seseorang yang digadang-gadang akan mewarisi kekayaan ayahnya yang begitu berlimpah. Akan tetapi, sifatnya yang arogan membuat sang ayah belum mau memberikan semua kekayaan yang telah dirintisnya mulai d...