03.

376 83 2
                                    

  Jungkook meringis pelan saat memegang luka lebam yang berada di sudut bibirnya. Cowok itu terkekeh pelan lalu duduk di salah satu kursi di Mini Market terdekat disana. Di pandanginya sebuah coklat yang diberi Eunha serta minuman yang tadi di belinya. Cowok itu meneguk rakus minuman tak bersalah itu lalu meletakkannya dengan asal.

"-njing, gabakalan gua biarin lagi tu bocah menang." Gumamnya dengan penuh dendam. Ia cukup banyak menderita hari ini.

Walaupun ya, semua orang tidak pernah tahu di balik tingkah asal - asalan itu, masih ada sisi baik seorang Jeon Jungkook yang sebenarnya. Hanya saja, orang - orang hanya terlalu memikirkan apa hal - hal buruk yang di lakukannya.

Jungkook mengeluarkan sebuah foto polaroid miliknya. Pria itu tersenyum kecil. Menatap seorang gadis yang matanya hampir tertutup karena senyuman lebarnya. Serta tangan yang menggandeng Jungkook dengan senang.

Dan disaat itu Jungkook merasa gagal. Gagal menjadi seorang yang bijaksana, gagal menjadi orang yang tegar, gagal menjadi orang yang diharapkan orang lain.

Catat, dia tidak menangis. Sama sekali tidak menangis jika harus mengingat itu. Tidak penting sekali baginya. Menangis itu hanya untuk orang gagal, menyerah, takut, dan lemah.

  Jungkook tidak suka jika ia di katakan lemah. Karena walaupun pada kenyataannya ia lemah, ia tetap berusaha semaksimal mungkin agar tak terlihat lemah.

  Jungkook tahu diri. Ia cukup menyusahkan orang - orang terdekatnya. Tapi bagaimana pun ia sudah berusaha sedemikian mungkin. Untuk menjauh, menghindar, tidak di kenali. Tapi tetap saja. Takdir seperti mengajaknya untuk datang pada orang - orang itu. Orang - orang yang melampiaskan kesedihannya dengan dosa.

  Matanya menerawang ke jalanan. Tatapannya menusuk. Ia penat dengan apa yang terjadi tadi. Wajahnya sudah hancur tak terbentuk. Lebam di mana - mana. Kadang ia bertanya apa ini kesukaannya atau memang ini jalan hidupnya? Kenapa semua terasa rumit?

  Namun tak berapa lama ia meletakkan kepalanya ke meja Mini Market, seorang gadis duduk tepat di hadapannya sambil meneguk soda dingin di tangannya. Gadis itu seakan tak peduli siapa yang di hadapannya dan tidak peduli mungkin ia akan mati detik itu juga jika mengingat di hadapannya ini Jeon Jungkook.

  Jungkook mengerutkan keningnya saat sebuah minuman dingin menyentuh pipi kanannya. Cowok itu mendongak menatap gadis yang dengan santainya duduk di hadapannya sambil meneguk minuman itu lagi.

  "Masih banyak kursi kenapa lu harus di sini?" Gadis itu hampir tersedak saat melihat cowok dengan lebam di wajahnya.

  Wih, ini mah namanya nyari mati kali ya? Pikirnya. Gadis itu mengerjapkan matanya lalu tersenyum kecil.

  "Ngg... tadi iseng mau minta coklat itu..." tunjuknya tanpa malu. Wajahnya memerah karena takut akan terjadi apa - apa selanjutnya.

   Jungkook mengerutkan keningnya. "Kenapa ga beli aja? Gaada duit lo?" Yein menggeleng kecil.

   "Niatnya mau tukaran gitu. Coklatnya udah abis tadi. Padahal aku suka banget sama coklat itu." Tunjuknya lagi. Jungkook mengerutkan keningnya. Aneh, pikirnya.

   "Tap-tapii gausah deh! Aku nyari di Mini Market lain aja! Maaf ya ngeganggu hehe" ia segera berlari meninggalkan cowok itu dengan seribu langkah ketakutan.

  Jungkook tersenyum kecil saat mengingat tutur lucunya tadi. Pergerakan selanjutnya, ia mengikuti langkah gadis itu dengan cepat lalu meraih tangannya dengan sigap. Membuat gadis itu lebih takut dari pada sebelumnya.

   "Eungg.... nggak! Gak niat tukaran kok! Gajadii!!!" Dan ucapan itu sukses membuat Jungkook tertawa karena tingkahnya. Kelewat takut.

   "Emang lu mau tukaran sama apaan?" Yein meneguk air liurnya sendiri. Ia melihat tangan Jungkook yang berdarah. Lalu meringis pelan.

To Bad but So GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang