20.

269 57 8
                                    

   Yein melangkahkan kakinya dengan enggan menuju sekolahnya. Ia menatap gedung besar bercat putih itu dengan enggan.

Mengingat dirinya yang belakangan ini menangis terus - menerus, membuatnya ingin pergi saja dan tidak sekolah. Yein tahu hal itu salah. Hanya saja ini tidak sesuai dengan keinginannya sejak awal.

"PAGI JEONG YEIN!" Rangkulan dari Wooseok dan sapaan Sinb menyadarkan kalau sebenarnya merekalah tempat sandaran yang terbaik selain Ong Seungwoo.

   Yein tersenyum cerah lalu membalas rangkulan Wooseok seiring langkah mereka bersamaan menuju koridor kelas.

   "Lo izin sakit seminggu. Di telpon ga ngabarin. Sakit apaan, In?" Tanya Wooseok yang di balas Sinb dengan anggukan.

   "Demam tinggi. Maaf ya ga bisa ngabarin. Aku matiin hape supaya istirahat."

    "Kok gak ke dokter?" Tanya Sinb. Yein hanya mengedikkan bahunya.

    "Udah ke dokter kok. Katanya cuma perlu istirahat sama minum obat doang." Merek berdua mengangguk - angguk kecil.

   "Kak Jungkook nyariin kamu terus loh In! Katanya dia juga ke rumah kamu tuh mau ngejengukin tapi kamunya gaada." Yein hanya tersenyum mendengar ucapan Sinb tanpa berniat membalasnya.

   Tentu saja Yein sedang menghindari pria itu. Dan waktu seminggu ia habiskan hanya untuk menangis dan menyesal. Kenapa tidak dari awal ia pergi dan berusaha untuk tidak mengenal pria itu? Rasa menyesalnya semakin membesar saat mengetahui fakta yang membuat mereka hubungan mereka bersangkut paut.

"Lo ada apa sama Kak Jungkook, In?" Tanya Wooseok. Yein menggelengkan kepalanya enggan untuk mendengar nama lelaki itu untuk yang kedua kalinya.

"Ga ada apa - apa. Yuk, masuk. Udah mau bel." Balas Yein sambil menarik kedua tangan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam kelas.

Selama pelajaran gadis itu hanya diam. Bahkan tatapannya kosong dan no respon dalam pelajaran tidak seperti biasanya.

Dan hal itu tentu membuat Wooseok dan Sinb khawatir melihat gerak - gerik Yein.

Saat istirahatpun gadis itu memilih untuk pergi ntah kemana sendirian. Sikap Yein benar - benar aneh dan membuat kedua anak manusia itu gemas dan ingin tahu apa yang di sembunyikan Jeong Yein.

Yein memilih duduk di taman belakang sekolah yang jarang sekali ada murid ke sana. Gadis itu menatap sepatunya sambil menggoyang - goyangkan kakinya.

Ia menatap langit dengan tatapan sendu lalu kembali menatap rerumputan yang ada di bawah kakinya.

Alasannya ke sini? Tentu saja untuk menghindari Jungkook. Ia tidak ingin bertemu dengan pria itu bagaimanapun ceritanya.

Bahkan hanya untuk sekedar mengobrol Yein enggan. Yein muak dengan segala hal yang dijalaninya. Ia belum pernah memiliki kesan terbaik dalam hidupnya.

Tentu saja belum pernah. Mengingat kalau Ayah kandungnya sendiri yang tak pernah ia lihat dari kecil membuatnya tertekan. Belum lagi meninggalnya Yebin yang membuatnya terpukul, Yonghwa yang masuk penjara, Ibunya yang tak kunjung bangun. Yein sudah cukup penat dengan masalah hidupnya.

Yein bingung apa ia harus terus percaya pada Tuhan?

Apa benar ini hidup yang di jalaninya?

Atau memang nasibnya saja yang membuatnya mengalami kesialan beruntun?

Yein kini benci dengan kehidupannya.

Ia juga membenci Jungkook.

Pria itu benar - benar tidak tahu bersyukur.

To Bad but So GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang