Kau melihat seseorang sedang menghajar sahabatmu dari balik pintu yang sedikit terbuka, lebih tepatnya kau sedang mengintip kegiatan pembully tersebut.
Kau kenal dengan pria yang asik memukul sahabat mu, dia adalah Jun, siswa yang setiap harinya suka menindas orang-orang kecil seperti sahabat mu itu. Ya, menindas adalah hobinya entah sejak kapan. Padahal sewaktu kecil, Jun adalah anak manis yang suka sekali membantu orang-orang kecil. Benar kata orang dahulu, orang baik belum tentu akan selalu baik, begitu pun sebaliknya.
Jun mengangkat kerah baju Jihoon dengan kasar, ia mendekati wajahnya pada kuping siswa bertubuh mungil tersebut. "LAIN KALI BAYARLAH HUTANGMU!" Teriaknya, ia langsung melemparkan tubuh Jihoon ke dinding dan pergi begitu saja.
Dengan cepat kau mencari tempat sembunyi agar ia tak mengetahui bahwa kau sedang mengintip kelakuan bejatnya, jika ia tau tentu saja dirinya akan meninju Jihoon kembali.
Saat ingin bersembunyi, kau tak sengaja meninggalkan handphone mu di depan pintu. Sudah terlambat untuk mengambilnya, Jun sudah lebih dulu melihat handphone mu yang malang sebelum kau mengambilnya.
"Kumohon jangan di injak.." Batinmu memohon.
Namun terlambat sudah, baru saja doamu akan di kirimkan, handphone sudah di injak sampai retak oleh Jun. Tak ada rasa bersalah di wajahnya, ia tersenyum senang ketika melihat handphone hasil tabungan mu 2 tahun rusak dalam semenit.
"Aku tau kau bersembunyi di balik dinding itu, (y/n). Ah.. apa ini handphone mu? Maafkan aku, sungguh, aku sengaja melakukannya" ucap Jun sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya.
Tanganmu mengepal dengan kuatnya, kau berusaha menahan amarahmu, tapi perasaan hausmu untuk meninjunya semakin menjadi-jadi.
Dengan perasaan yang berapi-api, kau berlari ke arah Jun untuk menyerangnya dari belakang. Menjambak rambutnya lalu mengumpat padanya, itulah yang kau lakukan berulang kali. Untung saja keadaan lorong sedang sepi kalau tidak, tentunya kau akan menjadi perbincangan murid satu sekolah.
"KAU TIDAK TAU BETAPA SULITNYA MENGUMPULKAN UANG UNTUK MEMBELI HANDPHONE!!" Teriakmu penuh amarah.
"DASAR KAU MANUSIA BEROTAK KERA! BERHENTILAH MENGUSIK ORANG LAIN!!" Lanjut mu.
Walau kau memukul Jun berkali-kali, ia tak memberi perlawanan sekalipun, yang hanya ia lakukan adalah merintih kesakitan akibat jambakan dan pukulanmu.
Saat tanganmu ingin menjambak nya lagi, Jihoon sudah lebih dulu menahan pergelangan tanganmu. Tanpa aba-aba Jihoon menarik mu begitu saja untuk menjauh dari Jun yang mengalami kerontokan akibat kemarahan mu.
"Jihoon! Lepaskan aku!"
"Tidak akan, kau sedang membara sekarang. Bisa-bisa dia botak nanti"
"LEPASKAN JIHOON!" Kau terus meronta-ronta sehingga dengan cepat Jihoon menggendong mu ke pundaknya. Ia terpaksa melakukannya agar tak ada kekerasan lagi saat ini, ia benci kekerasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]