Tuk tuk tuk
Tuk tuk tuk
Tuk tuk tuk
"Bisakah kau hentikan bunyi itu, (y/n)-ssi?" Geram Jun pada ku yang tengah mengetuk-ngetuk kan bolpoin di meja.
Aku berdecak sebal. "Dari tadi aku ingin pergi ke kantin, tapi oppaku pasti sedang berkeliling!" Keluhku.
Ya, sudah lebih 2 jam yang lalu keinginan untuk pergi ke kantin selalu terhalang karena rasa takutku. Punya kakak ketua osis itu susah senang, untuk ke kantin saja rasanya seperti mengikuti audisi agensi saja, menegangkan. Entah aku harus membenci Joshua oppa atau tidak, aku benar-benar tak tahan merasa perasaan yang menggebu-gebu ini.
"Seharusnya kau manfaatkan jabatan oppamu itu disini. Minta padanya untuk membelikan sesuatu, lalu kau akan mengambilnya di depan kelas"
"Boleh?"
"Kau tidak ingat?" Jun menggeser kan kursinya untuk lebih dekat padaku. "Ketos kita yang lama pernah melakukannya demi sang pujaan hati?" Tanyanya.
"Tapi kan ini beda, Jun. Dia membelikannya atas dasar cinta, tapi Joshua oppa?"
"Coba saja dulu.."
"Tidak!" Tegasku. Aku tidak ingin kena ceramahnya untuk hari ini, kupingku lelah kala ia mengomeli ku tanpa batas.
Aku mengubah posisi kepalaku untuk bersandar di pundak Jun. Untung saja teman sebangku ku ini tinggi, kalau pendek akan susah untukku untuk sekedar menidurkan kepalaku di pundaknya. Rasanya sangat nyaman, tapi tidak senyaman pundak Joshua oppa.
Tangan Jun mulai mengelus surai ku, sangat lembut sehingga aku mengantuk di buatnya. Sesekali Jun akan menceritakan ku hal-hal yang terjadi hari ini, dan lagi-lagi aku tambah mengantuk dan jatuh tertidur di pundaknya.
Dari pojok sana, seorang pria menatap (y/n) dan Jun dingin. Perasaan gusar menghampiri nya, meski ia hanya diam tanpa sepatah kata apapun yang keluar dari bibir tipisnya.
"Cemburu?" Tanya sang sahabat yang menangkap basah dirinya.
Siswa berkacamata itu menggeleng pelan, namun sang sahabat tetap tidak percaya. Ia tersenyum jahil.
"Matamu mengatakan semuanya, Jeon" ucapnya, dan berhasil membuat Wonwoo si siswa berkacamata itu menatapnya. Ia kembali melanjutkan kalimat yang sempat ia potong tadi. "Aku tau, jika kau tertarik pada (y/n). Seharusnya kau tidak tinggal diam seperti ini Won, kau harus mengejar gadis itu sebelum Jun merebut hatinya"
"Mereka pacaran bukan?"
"Siapa bilang mereka pacaran? Jun hanya sebatas sahabat (y/n) karena sejak kecil mereka selalu bersama, lagi pula Jun sudah memiliki kekasih di luar sana" beritahu Soonyoung.
"Dan ini adalah kesempatan mu untuk meraih gadis itu. Ku dengar, (y/n) tengah menyukai seseorang yang berkacamata saat ini. Bisa saja itu kau" lanjut Soonyoung, membuat Wonwoo sedikit berharap mendengarnya.
Wonwoo tersenyum simpul, berharap jika pria itu adalah dirinya. Dengan rasa percaya diri yang telah ia kumpulkan, Wonwoo bertekad untuk mendekati (y/n) di hari itu. Ia pun menjadikan Soonyoung sebagai tempat konsultasi nya untuk mendapatkan gadis itu.
Beberapa cara telah Soonyoung ajarkan pada Wonwoo, dan akhirnya pria itu memutuskan cara tepat untuk mendekati (y/n).
Jam pergantian jadwal berbunyi, seorang guru magang yang masih muda dengan wajah yang amat rupawan datang ke kelas tersebut. Ia memberikan salam pada semua murid dengan ramah, lalu mulai mengajarkan seluruh materi yang ia persiapkan tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
القصة القصيرةAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]