Pagi yang cerah, adalah hal paling tepat untuk sepasang kekasih berjalan-jalan di taman. Seperti yang ku lakukan bersama suami tampan ku, Choi Seungcheol. Kami memutuskan jalan bersama di pagi ini setelah ia mengambil cuti tiga hari untuk dapat menghabiskan waktunya bersamaku. Begitulah Seungcheol, mengambil cuti setiap bulan hanya untuk menghabiskan waktunya bersamaku.
Seungcheol adalah tipe suami manja yang selalu meminta perhatian istrinya, walau kadang menjengkelkan ia selalu tau caranya mencairkan suasana. Itulah yang ku suka dari Seungcheol. Untung saja ia direktur perusahaannya, kalau tidak pastinya ia sudah mendapatkan surat pemecatan dari atasannya. Aku sendiri bekerja sebagai designer dan memiliki beberapa cabang butik di Korea Selatan. Ku akui, kami adalah pasangan muda yang sukses dalam merintis karir.
Hampir setahun kami menikah, tapi tak kunjung memiliki momongan. Seungcheol menungguku siap baru kami akan melakukannya. Ya, sampai sekarang kami belum melakukan hal yang di lakukan pasangan suami istri pada umumnya. Entahlah, aku hanya belum siap melepaskannya.
Aku sangat bersyukur bahwa ayah mertuaku tidak menuntut untuk memiliki anak, kini aku tau bagaimana bisa Seungcheol sebijak itu meski kadang ia juga egois.
"Oppa, lihat anak-anak itu. Semuanya tampak menggemaskan" beritahu ku pada Seungcheol yang asik memainkan syalku.
Seungcheol menghentikan kegiatannya dan menatap anak-anak yang ku tunjuk, tiba-tiba saja ia cemberut. "Kau tidak sayang padaku lagi?"
"Eh?"
"Aku lebih menggemaskan dari mereka tau!" Oh astaga, jangan lagi Seungcheol.
Seungcheol memelukku dari belakang, ia menenggelamkan wajahnya pada tekuk leherku. Terasa sangat geli meski di tutupi syal, aku berusaha melepaskan namun tenaganya lebih kuat dariku.
"Yak, oppa. Banyak anak kecil di sini" tegasku.
"Habisnya kau melepaskan pandanganmu dariku, aku cuti kan untuk mendapatkan perhatianmu, bukan mereka yang mendapatkan nya"
"Hhh, baiklah.. Seungcheol the only one"
"Buktinya??"
Aku melepaskan pelukannya, membalikkan tubuhku untuk menatap dirinya yang tersenyum senang. Tanpa pikir panjang, ku kecup pipinya di hadapan anak-anak yang mungkin saja menyaksikan kita berdua.
"Puas?"
"Hehe" Tawanya puas, ia memperlihat deretan gigi rapinya.
Kami kembali berjalan mengelilingi taman, setelah agak lelah kami pun duduk di bangku kosong. Membicarakan hal-hal yang selalu kita bahas, mendengarkan Seungcheol mengadu, membincangkan masa depan, bercanda, dan hal lainnya. Kecuali masalah anak, Seungcheol tau bahwa aku akan tersinggung jika ia membahas anak.
Secara tiba-tiba Seungcheol menidurkan dirinya di pahaku, ia memainkan syal hitamku. Ketika orang-orang melihat Seungcheol yang selalu memainkan syalnya selalu memikirkan hal-hal aneh, padahal kenyataannya syal ini adalah rancangan Seungcheol spesial untukku. Ia sangat menyukai rancangannya sendiri, dan dengan percaya dirinya mengaku bahwa ia juga terlahir sebagai desainer.
Di saat sibuk bermain dengan syalku, ia mendapatkan panggilan dari ponselnya. Dengan segera ia merogoh sakunya, melihat siapa yang menghubungi nya. Dengan satu tarikan nafas ia menghela berat, tanpa mengangkat nya, ia memasukkan lagi ponselnya kedalam saku.
"Kenapa tidak di angkat?" Tanyaku.
"Hanya sekretaris Yoon"
"Angkatlah, siapa tau ia membutuhkan mu" Suruhku dan ia langsung menurut.
Ia kembali menghubungi sekretaris Yoon, "Ada apa? Baiklah" ia menjauhkan ponselnya dari telinga, "Aku pergi sebentar, tunggu sini, ok?" Mintanya dan ia menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]