Tak henti-hentinya gadis dengan sweater pink bergambar hati di tengahnya itu mendengus sebal, wajahnya terlihat masam sejak lima jam yang lalu. Hatinya benar-benar campur aduk, senang dan kesal berbaur menjadi satu. Senang karena tidak akan ada yang mengekang nya sebulan, dan kesal karena harus tinggal dengan pria itu dirumah yang sama.
Pria mana lagi selain kakak tirinya yang katanya tampan itu.
"(Y/n)!" Baru saja di bicarakan pria itu datang dengan dua gelas teh hangat di tangannya. "Ayo masuk ke dalam, kau bisa mati kedinginan disini"
Tanpa menatapnya, (y/n) menjawab "Baik aku mati dari pada satu rumah denganmu" sarkas nya. Pria itu hampir saja marah jika tidak ingat pesan kedua orang tuanya.
"Ayolah, jangan begitu. Kau harus pulang sebelum malam tiba"
"Tidak akan!" Tegas (y/n). Mau tidak mau Seungcheol mengangkat paksa tubuh (y/n), meninggalkan dua gelas teh hangat di halaman depan rumah.
Ia membawa (y/n) ke dalam rumah yang begitu luas untuk di tinggali dua orang meski sementara waktu. Dengan kasarnya Seungcheol membanting (y/n) pada sofa panjang di ruang keluarganya, ia mengunci pergerakan (y/n) dengan kedua tangannya.
"Turuti saja aku selagi masih berbaik hati padamu" ancam Seungcheol pelan, membuat (y/n) menciut.
Seungcheol pergi keluar untuk mengambil gelas dan kembali lagi ke dalam rumah, ia menyuguhkannya pada (y/n). "Minumlah, musim dingin seperti ini teh menjadi yang terbaik" Pintanya.
(Y/n) meminum teh tersebut dengan tatapan mata yang tajam ke arah Seungcheol, seakan ia akan memancarkan leser untuk menghancurkan Seungcheol di detik itu juga.
...
Berhari-hari mereka tinggal bersama masih saja tidak ada kemajuan dalam hubungannya, baik itu kedekatan maupun kepedulian, hati (y/n) begitu dingin. Susah bagi Seungcheol untuk mencairkannya."Aku bosan.." keluh (y/n), ini adalah kesempatan emas bagi Seungcheol untuk menjinakkan gadis itu
"Mau jalan bersama? Aku juga sedang bosan" Tawar Seungcheol membuatnya mendapatkan tatapan sinis dari (y/n).
"Pergilah bersama kekasih yang kau bawa saat ke dua tahun kita bersama" Sarkas (y/n).
"Kau mengungkit itu lagi?" Tanya Seungcheol tak percaya.
"Tentu saja, memang apalagi yang ku ungkit, hubungan kita di masa lalu yang penuh hal-hal manis? Cih, tidak akan"
"Lagi pula itu hanya masa lalu yang perlu di hapus bukan? Sangat tabu jika kakak beradik berpacaran" lanjutnya.
Seungcheol mengepalkan kedua tangannya, kini amarahnya telah melonjak naik akibat perkataan (y/n). Tanpa pikir panjang ia menindih tubuh (y/n) dan melucuti pakaian mantan kekasihnya tersebut dengan kasar. "Kau tidak tau betapa tersiksanya aku saat tau ayahmu dan ibuku akan menikah?! Tidakkah kau tau?!" Bentaknya lalu melanjutkan aksi bejatnya tersebut.
Sampai berapa minggu kemudian kedua orang tua mereka mengetahui perbuatan Seungcheol. Tentunya mereka tidak tinggal diam, ibunya mengusir Seungcheol begitu saja, lalu sang ayah pun mengusir putrinya juga karena hamil. Mereka sama-sama di usir dari rumah dengan alasan membuang aib keluarga.
Keduanya sama-sama berkelana entah kemana, tidak ada tujuan selain terus melangkah. Di saat (y/n) lelah, Seungcheol rela menggendong gadis itu ke bahunya. Sampai keduanya menemukan tempat tinggal yang layak untuk mereka. Rumah kecil yang sudah lama tidak berpenghuni terletak di pinggir kota, tempatnya yang jauh dari perkotaan membuat rumah tersebut jarang di lalui banyak orang.
Terlebih dahulu, Seungcheol memasuki rumahnya. Berantakan namun perabotan di rumah itu masih ada yang layak untuk di gunakan. Semisalnya saja sofa, kasur dan lemari. Mereka berdua merapikan tempat itu tanpa banyak bicara sehingga rumah itu jauh lebih layak dari sebelumnya dalam hitungan jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]