[smile flower - seventeen. Play]
Ku seruput kopi ku dengan pelan sambil menatap langit luar yang begitu indah mengingatkan senyumannya yang begitu indah, senyuman yang bisa membuatku ikut tersenyum. Aku begitu merindukannya, sangat merindukannya.
Aku rindu saat dia bertanya ' kau sudah makan jihoon ku sayang?' atau mengejekku ' dasar pelupa'.
Andai waktu bisa di ulang lagi, pasti aku akan mengulangnya dan berbicara baik-baik padanya. Jika aku tau itu adalah obrolan terakhirku, aku pasti akan berbicara dengan sangat baik.
Tapi pikiranku sangat dangkal. Aku hanya menangis saat mengingat kenangan bersamanya.
Setelah kopiku habis, aku segera keluar dari cafe favoritku bersamanya dan menuju ke tempat dimana jadi peristirahatan terakhirnya.
Ku hampiri sebuah foto wanita ku yang tersenyum ceria dengan sebuah bunga yang disatukan di taruh di atas kepalanya. Aku ingat betapa senangnya dia melihat bunga-bunga sakura bermekaran di Jepang dan berlari-lari dengan senangnya. Aku sangat ingat dia berteriak 'JIHON-A... AKU MENCINTAIMU!!! SANGAT!!' dan aku hanya tertawa melihat tingkah laku nya yang polos. Ingin aku memfotonya walaupun satu jepretan seperti di Jepang dulu yang kita lakukan.
"Bagaimana kabarmu chagi? Apa kau bahagia dengannya di sana? Jaga dirimu baik-baik, aku menyayangi mu" ucapku lalu mencium fotonya lembut.
Dengan sedikit air mata keluar dari mataku. aku segera pergi dari rumah pemakaman tersebut untuk pulang ke rumah kami, maksudku rumah yang hanya aku saja yang menempati nya.
Ku tutup pintu rumahku dengan pelan. Ku biarkan diriku merosot ke lantai dan menangis sejadi-jadinya.
Sungguh betapa si brengsek ini merindukanmu (y/n)! Kenapa kau menyelamatiku walau kita saat itu bertengkar!? Andai saja saat itu kau tak menyelamatiku, anak kita pasti tidak akan mati saat dia belum menikmati dunia luar.
Woozi pov. End
Flashback on.
Kau tersenyum saat selesai membuat sup cumi-cumi untuk suamimu. Jihoon. Apalagi dokter mengatakan kau positif hamil saat kau memeriksakan dirimu ke dokter.
Dengan langkah bahagia kau menuju ruangan jihoon yang terletak di lantai paling atas, karena dia adalah pemilik agensi Pledis entertainment yang dimana sebagian remaja ingin masuk sebagai trainee dan menjadi idol.
Kau membuka pintu ruangan jihoon "Jihoon-ya. Aku membawakanmu cumi-cumi.. JIHOON!" Teriakmu.
Kau terkejut bukan main saat melihat jihoon bermesraan bersama salah satu wanita yang kau yakini adalah karyawati di agensi.
"(Y-y/n)!"
"Oppa.. kau.. "
"Aku bisa jelaskan ini semua, tolong dengar kan ak--"
"KELUAR KAU JALANG! KELUAR!" teriakmu pada selingkuhan jihoon.
Dengan kesal wanita ke dua jihoon pergi. Kau segera menutup pintu ruangan jihoon dengan keras lalu menatap jihoon kesal.
"Jadi selama ini.. ini yang kau lakukan!?"
"(Y/n).. kumohon dengarkan penjelasan ku"
Kau segera membuang kotak makan yang kau siapkan dengan cinta ke lantai dengan keras. "Untuk apa kau menjelaskan lagi!? Sudah jelas bukan kau ber--"
Belum saja kau selesai menyelesaikan ucapanmu, jihoon membanting fotomu dan dirinya ke lantai dengan keras. "IYA! AKU BERSELINGKUH! kau tau kenapa?"
Kau terdiam karena tak berani menjawabnya. "Aku.. aku sudah tidak mencintaimu lagi! Kau dengar? AKU TAK MENCINTAIMU LAGI!"
Setelah membentak jihoon segera meninggalkanmu di ruangannya sendirian. Kau yang merasa sakit hati berusaha mengejarnya, namun naas ketika ingin mengejar nya perutmu mulai terasa sakit. Akibatnya kau tertinggal.
Namun dengan sekuat tenaga kau menuju lift kedua untuk mengejar jihoon. Kau tekan tombol pertama dengan tidak sabaran karena sakit di perutmu yang teramat sangat.
Ting!
Kau segera keluar dari lift tersebut dan mengejar jihoon yang agak jauh.
Saat kau melihat jihoon menyebrang, sebuah mobil berwarna putih melaju ke arahnya. Dengan sekuat tenaga kau berlari dan mendorong tubuh jihoon sekuat tenaga sampai
Brukk!
Kau tertabrak dan terlempar. Badanmu menghantam kap mobil dan terguling ke belakang mobil yang membuat kaca mobil tersebut retak.
Dengan sadisnya tubuhmu terjatuh ke aspal dan terguling lagi cukup lama sampai kau terbaring di tengah jalan.
Kau terbatuk-batuk yang menyebabkan keluarnya cairan merah dari mulutmu. Kepalamu tak hentinya mengeluarkan darah, rasanya badanmu seperti hancur. Bahkan menggerakkan mata saja kau susah.
"(Y/N)!!" teriak jihoon lalu menghampirimu dengan berlari.
Dengan cepat jihoon memeluk tubuhmu yang lemas. Dia merasakan hembusan nafasmu yang pendek, jihoon menangis karena melihat dirimu yang penuh darah.
Jihoon menatap wajahmu sambil menangis. "(Y/n)! Sadarlah kumohon!"
Kau menatap jihoon yang menangis, dengan sekuat tenaga tangan kananmu mengambil sebuah kertas dari kantong celanamu yang sedikit terkena darah lalu memberikan kepada jihoon.
"O-op-oppa... Ini.. i-ini hadiah p-pernikahan kita. T-tapi maaf.. ak-aku tak bisa men.. menjaganya. Ma-maafkan aku" ucapmu susah payah.
Jihoon mengambil kertas tersebut dan membacanya.
"Dengan ini kami menyatakan nyonya Lee (y/n) hamil. Dengan usia kandungan 1 setengah bulan... Kau hamil..?" Tanya jihoon setelah membacanya.
Namun malangnya kau menutup matamu dengan tersenyum.
"Aku mencintaimu.. jihoon-ssi...." Ungkapmu dengan bisikkan.
Jihoon menatapmu tak percaya. Dia memukul pelan pipimu dengan harapan kau bangun, tetapi kau tak kunjung bangun. Jihoon yang mengetahui kau sudah tiada langsung memelukmu dan menangis sejadi-jadinya.
END
2017
.
.
.
Choco
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Cerita PendekAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]