Seorang siswa menggebrak meja dengan kasarnya, ia tersenyum seraya menarik dasi dari salah satu banyaknya murid yang tengah makan siang di kantin. "Bayar pajak karena telah duduk di sini" palaknya.
Murid yang kena palak itu menatap Seungcheol takut. Tanpa ragu ia langsung mengeluarkan uangnya untuk Seungcheol lalu pergi ketika Seungcheol suruh. Setelah berhasil mendapatkan uang, Seungcheol tersenyum lalu mencari murid lain yang ia anggap pantas untuk di tindas.
Tidak ada yang mampu menghentikan Seungcheol. Bukan karena siswa itu menakutkan, melainkan karena ia adalah pengancam level dewa. Ayahnya yang berasal dari konglomerat dan ibunya yang mendirikan sekolah itu membuatnya bebas melakukan apa saja tanpa takut di hukum. Meski guru mengetahuinya, tetap saja tidak ada yang berani mengadukan Seungcheol pada ibunya.
Kau yang dari tadi memakan bekalmu menjadi korban selanjutnya dari Seungcheol. Ia mendatangi mu dengan gayanya yang membuatmu muak padanya. Ia menggebrak meja mu lalu mendekati wajahmu.
"Hai, nona. Bayar pajakmu"
"Tidak akan"
"Benarkah? Kau akan menyesal jika tidak membayar nya"
Dengan wajah yang datar, kau berdiri dari dudukmu. "Seharusnya kau lah yang menyesal, ah.. tidak. Lebih tepatnya malu. Bagaimana bisa anak konglomerat mengemis uang pada murid yang bukan dari keluarga berada? Apakah kau tidak punya harga diri?" Sarkasmu berhasil membuatnya begitu marah padamu.
"Apa uangmu habis untuk pergi ke klub malam tadi? Heol.." lanjutmu lalu pergi meninggalkannya.
Bisa kau dengar Seungcheol mengamuk kala kau keluar dari kantin. Beberapa barang terdengar hancur berantakan karena lemparan yang ia perbuat, akan tetapi kau tidak gentar sama sekali meski tau pria itu akan mengejarmu.
Dan benar saja, beberapa detik kemudian Seungcheol tampak berlari mengejarmu. Kau hanya diam seraya melipat kedua tanganmu tepat di depan dada dan menatap ia dengan santai. Ia berdiri tepat di hadapanmu dengan emosi yang tidak terkontrol.
Tanpa sepatah katapun ia menjambak rambutmu kasar. Ia menyeret mu ke toilet wanita yang sepi karena para siswi tau akan kedatangan Seungcheol yang terdengar menyeramkan.
Seungcheol langsung menghempaskan mu begitu saja tanpa peduli dengan rasa sakit yang kau rasakan saat tubuhmu berbenturan dengan dinding.
"Apa katamu tadi? Aku tidak punya harga diri? Ck, tau apa kau tentang ku!?" Tanyanya padamu.
Seungcheol kembali menjambak rambutmu kasar, membuat mu kembali meringis karenanya. "Kau benar, aku tidak punya harga diri! Karena aku tidak memilikinya, semua orang tidak menganggapku ada!" Teriaknya tepat di depan wajahmu.
Wajah kalian sangatlah dekat saat ini, bahkan kau dapat merasakan hembusan nafas Seungcheol yang naik turun akibat emosi yang meledak-ledak. Kau tersenyum, dengan beraninya tanganmu tergerak untuk menggenggam tangan Seungcheol.
"Sudah ku duga, kau kesepian bukan? Aku paham dengan anak seperti mu, maka dari itu hentikan kelakuanmu ini. Dengan caramu seperti ini tidak membuat mereka memperhatikan mu, mereka malah membencimu. Seungcheol-ssi, kau dapat memperbaiki diri selagi masih bisa. Dengan begitu mereka akan mengenang mu dengan hal-hal baik"
Seungcheol menatapmu, ia mengeluarkan smirk andalannya yang teramat tampan di mata semua gadis. Termasuk kau sendiri. "Mau taruhan?" Tawarnya.
Kau mengerutkan dahi, "Taruhan? Untuk apa?"
"Untuk semua perkataan mu, kalau mereka akan peduli saat aku menjadi anak baik, aku akan menuruti semua yang kau katakan. Tapi jika tidak, kau harus menuruti apa yang ku katakan. Setuju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]