Jam pulang telah tiba, ini saatnya aku kembali pada keluarga kecilku yang pasti sedang menunggu kepulangan ku. Tidak lupa aku membelikan putriku sebuah es krim kesukaannya, es krim rasa pisang yang ia sukai. Hal ini berbanding terbalik dengan ayahnya yang tidak menyukai buah tersebut. Sebut saja suamiku ini Hoshi karena dia suka.
Hoshi sangat suka dengan strawberry, namun putrinya yang lahir 7 tahun lalu dan di beri nama Sunra itu malah membenci strawberry. Terkadang aku heran dengan bapak anak itu. Ketika Hoshi menyukai sesuatu, Sunra membencinya dan ketika Hoshi membenci sesuatu, Sunra malah menyukainya.
Awalnya aku ragu, Sunra adalah anak kami. Tapi saat tes DNA, seratus persen Sunra adalah anak kami. Hoshi benar-benar sedih mengetahui Sunra berbanding terbalik dengannya, kalau lebih di teliti lagi Sunra memiliki sifat yang dominan sama seperti Wonwoo, sahabat ter(laknat)baik Hoshi. Mungkin hal itu terjadi karena dulu aku pernah mengidam anak lelaki yang mirip Wonwoo, dan yang lahir malah perempuan.
"Mama pulang~" seruku saat masuk ke dalam rumah kami.
Hening, tidak seperti biasanya yang gaduh. Ada apa hari ini dengan mereka, apakah mereka sudah berdamai?
Ya, anak bapak itu sedikit tidak akur.
Dengan langkah pelan, aku mengecek ruang keluarga. Tampak sepi, tidak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut mereka. Benar-benar berbeda dari sebelumnya, tidak mungkin mereka pergi keluar di jam seperti ini mengingat Sunra tidak suka malam dengan taburan bintang di langit.
"Sunra, mama beli es krim~" panggil ku.
"Es krim?" Akhirnya setelah berapa lama hening, ada seseorang yang menanggapi panggilan ku.
Meski bukan Sunra, setidaknya ada yang menanggapinya.. walaupun itu Soonyoung sekalipun, hhh.
"Chagi, kau beli rasa strawberry kan?" Tanyanya, ia tampak seperti anak kecil yang harga dirinya dapat di sogok dengan es krim atau permen.
"Tentu saja" ujarku, ku berikan dirinya agar ia bisa duduk tenang di sofa depan tv. Entah mengapa, aku tidak melihat anakku sedari tadi, padahal jika aku membeli es krim, dia akan berlari secepat kilat, mengalahkan ayahnya sendiri. "Dimana matahariku?"
"Mataharimu berada di rumah ibuku, dia merindukan mereka"
"Lagi?"
"Hm, tentu saja. Dia bisa mendapatkan makanan apa saja yang ia mau dari kakek neneknya" ucapnya santai.
Aku memukul pundak Hoshi keras, ia merintih kesakitan dengan es krim yang masih berada di mulut mautnya itu. "Yak! Kau bodoh atau apa?!" Caci ku.
"Kenapa? Dia anakku, apa tidak boleh Sunra berkunjung ke rumah orang tuaku?! Kau egois ya!" Cacinya balik.
Aku kembali memukulnya bertubi-tubi, kesal dengan pemikirannya yang terlalu buruk. "Anak mu itu ada audisi biola besok pagi! Apa kau lupa?!"
"Ah! Kau benar! Kenapa aku bodoh sekali?!"
"Kau sudah sadarkan, Soonyoung!" Lantangku. Aku bersiap-siap kembali keluar untuk mengambil Sunra, meski tidak enak terhadap kedua mertuaku, tapi tetap saja besok adalah hal terpenting bagi Sunra. Anak itu merengek untuk ikut audisi biola, jika dia gagal, aku tak dapat membayangkan bagaimana kecewanya dia.
Hoshi segera menyusulku, tak lupa ia mengganti celananya dengan celana training yang selalu di gantung dekat lemari pintu masuk. Setelah sampai di pakiran, kami berdua langsung memasuki mobil pribadi kami. Kali ini Hoshi yang menyetir, aku cukup lelah untuk menyetir sekarang.
Selama di perjalanan aku terus menggigit kuku, panik melandaku saat ini. Hoshi yang tampaknya melihatku, segera menggenggam tangan kiriku dengan sebelah tangannya. Ia mengelus tanganku lembut, seakan ingin menenangkan diri ku. "Kenapa kau begitu cemas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryAku memang tidak dapat memiliki salah satu dari ketiga belas pria itu. Namun apa salahnya aku menghayal? [SEVENTEEN] Start: Selasa. 1-8-2017 End : ?? [ PROJECTS > Revisi ]