DUA PULUH EMPAT
Ujian praktek bahasa Indonesia berakhir pukul empat sore dengan seluruh kelas dua belas baik jurusan IPA, IPS maupun bahasa telah menunjukkan sebuah pertunjukan masing-masing. Yang tertinggal hanyalah rasa lelah. Apalagi untuk kelas 12 IPS 3. Sehabis pertunjukkan, mereka masih harus foto untuk buku tahunan sekolah. Dan di sinilah mereka sekarang, berkumpul di rumah Jordan yang besar dan megah. Seluruh anggota kelas sepakat memilih rumah Jordan karena dari segi artistik banyak spot-spot di rumah cowok itu yang cukup epic dijadikan background.
Kaum perempuan begitu menginjakkan kaki di pelataran rumah Jordan langsung mengambil ponsel kemudian berselfie ria. Bahkan ada yang langsung lari ke taman. Meminta difotokan berlatarkan bunga-bunga. Butuh sepuluh menit bagi Dani—sang ketua kelas—untuk mengumpulkan anak-anak di ruang tamu. Mengatur mereka agar fokus dan segera mengganti kostum kemudian langsung foto bersama kelompok masing-masing. Karena kasihan mas-mas photografer dari Event Organizer tempat mereka membuat year book harus menunggu lama.
Sementara Ratih sudah bosan menunggu giliran kelompoknya difoto. Apalagi dengan gaun biru Cinderella ini yang begitu merepotkan dan berat. Rasanya gadis itu ingin melepaskan gaunnya cepat-cepat.
"Bosen?"
Suara berat seseorang mengejutkan Ratih. Ia menoleh ke arah pintu ruang keluarga, melihat Jordan berdiri menyender di pintu dengan kostum pangerannya. "Iya," jawab Ratih singkat.
"Gue kenalin sama sesorang mau gak?"
"Siapa—" Seorang perempuan berumur sekitar empat puluhan tiba-tiba saja keluar dari balik punggung Jordan.
Spontan saja Ratih langsung melotot. Pasalnya perempuan itu adalah Mama Jordan. Dia tahu ketika tadi teman-temannya bertanya saat melihat sebuah foto keluarga besar yang terpajang di ruang tamu. Jordan mengatakan jika dalam foto itu adalah dia, ibunya, serta sang ayah.
Ibu Jordan layaknya mamah-mamah hits sosialita lain. Masih terlihat muda dan gaul. Lihat saja penampilan mama Jordan itu, beliau sekarang mengenakan bawahan kulot warna pink soft dipadu kemeja putih yang dimasukkan. Ratih jadi iri sendiri dengan style Mama Jordan. Melihat perempuan itu melangkah mendekatinya, spontan saja Ratih langsung berdiri dari posisi duduk. Menyambut Ibu Jordan yang langsung memeluk Ratih dan cipika-cipiki. Jordan tertawa geli melihat Mamanya terlalu antusias.
"Kenalin, Ma. Ini Ratih." Jordan menyusul di belakang sang Mama.
Ketika pelukannya sudah terlepas. Mama Jordan langsung menjabat tangan Ratih erat. "Drupadi. Panggil saja Tante Padi. Mau manggil mama juga boleh..."
"Eh? Hehehe iya tante...," jawab Ratih jadi canggung sendiri.
"Ma? Ratih ini yang dulu Jordan ceritain—"
"OH yang hari pertama datang bulan malah tembus di rumah itu ya, Jo?!"
Allahu! Belum juga Jordan menyelesaikan kalimatnya sendiri Mamanya itu langsung menyambar dengan cepat. Mana pakai kejadian itu lagi. Jordan langsung menepuk jidatnya kesal. Padahal ia cuma mau bilang "Ratih yang dulu Jordan ceritain suka buat kue." Emang dasar mamanya bermulut ember.
Sementara Ratih tidak dapat menyembunyikan mukanya yang memerah. Mengapa dari sekian banyak kejadian, Mama Jordan malah mengingat aibnya yang memalukan itu? Ratih yakin sifat menyebalkan dan ceplas-ceplos Jordan menurun dari sang mama. Pasti.
"Hehehe iya, tante. Maaf ya soal kejadian itu." Kepalang sudah. Mending Ratih ngaku dan minta maaf. Toh memang itu salah Ratih yang tembus tak tahu tempat.
"Gak papa, Nak. Duh maaf ya kalau omongan tante tadi menyinggung... Makhlum kalau sudah merasa dekat begini omongannya suka ceplas-ceplos hehehe...."
![](https://img.wattpad.com/cover/112245316-288-k786738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Подростковая литератураBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...