TIGA PULUH TIGA [SELESAI]
Dengan langkah pelan, Ratih memasuki tempat pemakaman dengan hati berdesir. Sanggupkah ia? Ini adalah pertama kalinya ia akan mengunjungi pusara orang itu karena saat hari pemakaman, Ratih tak sampai hati menghantarkan ke liang lahat. Ia tak bisa melihat sesorang yang begitu baik hati padanya pergi ke singgasana terakhirnya.
Melewati beberapa nisan, Ratih berhati-hati agar kakinya tidak meginjak pusara yag masih baru. TPU ini lumayan ramai, mungkin karena barusan ada yang baru disemayamkan dan para penghantar sekalian berkunjung ke makam sanak saudara atau orang yang mereka kenal.
Apa gunanya menangisi kematian? Pada akhirnya semua yang hidup akan mati dan kembali pada sang pencipta. Hidup ini hanya titipan dan kapanpun waktunya, manusia harus siap jika diminta pertanggung jawabannya. Semua yang mati karena telah menemui takdirnya.
Tapi orang itu mati gara-gara gue...
Dan pecahlah sudah tangisan Ratih begitu ia menemukan gundukan tanah yang pada papannya bertuliskan,
GIORDIAN ALLATAS IBRAHIM
Lahir: 12-09-99
Wafat: 1-3-2018
Ya Allah Jordan... Kamu masih muda. Masih banyak yang bisa kamu lakuin di dunia ini.
"Jor... Maafin gue huhuhu... Gara-gara gue lo harus korbanin nyawa lo..."
"Jordan jangan tinggalin gue Jordan huhuhu..."
Masih terus menangis, Ratih tak kuasa menghentikan air matanya untuk bisa berhenti menetes. Walaupun Jordan bukan keluarga atau orang terdekat dalam hidupnya, tapi kepergian cowok itu teramat menyakitkan bagi Ratih. Bukan karena Jordan telah menyelamatkan dirinya dari tembakan Ali. Bukan. Diam-diam entah sejak kapan, Ratih mulai menganggap kehadiran Jordan dalam hari-harinya adalah sebuah kebiasaan.
Namun sekarang gak bakal lagi ada Jordan di hidup gue...
Tidak akan ada lagi Jordan yang sewot, suka marah-marah, hobi bentak-bentak dia. Dan Ratih tak akan lagi bisa memasakkan brownies yang disukai Jordan. Mereka tak bisa lagi makan choki-choki bareng di mobil. Pada akhirnya pertemanan mereka harus berakhir dalam waktu yang singkat.
Sambil menghapus sisa air matanya, Ratih membersihkan rumput-rumput liar juga dedaunan yang jatuh di sekitar gundukan tanah di depannya ini. "Jor, lo tau gak? Buku tahunan angkatan kita udah jadi. Lo kan katanya mau lihat hasilnya? Terus foto kita berdua mau lo pajang ke instagram?" Ratih bermonolog masih sambil mencabuti rumput-rumput liar.
"Tapi kayanya kalo lo masih ada, lo bakal pikir ulang deh buat ngepost. Soalnya kita gagal banget jadi Cinderella sama pangeran. Totally failed for sure haha..."
Hening cukup lama. Ratih akhirnya bertanya pelan, "Jor? Kenapa sih lo harus selametin nyawa gue malam itu?"
"Because he loves you so much..."
Ratih menoleh ke belakang. Retta ada di sana. Spontan, Retta langsung ikut berjongkok dan memeluk Ratih. "Ssstttt... Jangan nangis lagi dong," kata Retta menenangkan sahabatnya.
"Makasih, Ret. Gue seneng ada yang nemenin di sini."
Retta tersenyum, ia menaruh bunga yang ia bawa di atas gundukan tanah kemudian berucap pelan, "Iya sama-sama. Jordan kan juga temen gue, udah seharusnya kan gue nengokin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNWANTED YOU [Completed]
Teen FictionBook #2 dan #3 ada disini! Book #2 selesai ✓ Book #3 on going . . . Ada harapan di balik lipatan origami bangau yang diberikan Candra malam itu. Ratih pikir dirinya akan seperti mayat hidup ditinggalkan Candra delapan tahun. Namun, hidup terus berja...