twenty three

2.8K 316 114
                                    

DUA PULUH TIGA

Sebelum mengantarkan Ratih pulang ke rumah, Maes membawa kekasihnya pergi ke apotek untuk membeli antiseptik juga obat merah guna mengobati lulut Ratih yang berdarah. Setelah itu keduanya mampir makan di mcd. Satu hal yang cukup mengejutkan karena biasanya Maes makan di warteg atau warung makan pinggir jalan seperti biasa. Entah mungkin cowok itu habis jadian atau apa. Saat ditanya Ratih mengapa memilih makan di mcd, jawabannya adalah lagi ngidam McDouble burger. Jadilah meja tempat yang Maes dan Ratih pilih sekarang sudah penuh dengan McDouble burger, McFlurry choco, Fish and fries serta menu lain yang Ratih yakin ia tak sanggup menghabiskannya.

"Gimana sekolahnya?"

Sambil mengunyah kentang goreng, Ratih mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Maes seperti orang tua yang sedang menanyakan bagaimana sekolah anaknya setibanya di rumah. "Biasa aja," jawab Ratih mengangkat bahu.

"Lagi sibuk apa sekarang?"

"Biasalah sibuknya anak kelas dua belas kaya gimana sih. Udah selesai pelajaran sih tinggal ujian-ujian aja. Besok mulai ujian praktek sampai seminggu ke depan," ujar Ratih lesu.

Maes spontan mengusap bahu Ratih perlahan. "Sabar ya namanya juga mau lulus pasti sibuk. Besok ujian praktek apa?"

"Bahasa Indonesia."

Foto untuk year book memang sengaja dilakukan setelah ujian praktek bahasa Indonesia karena kebetulan ujian praktek bahasa Indonesia di SMA 303 adalah membuat suatu pertunjukan yaitu teater atau drama musikal yang dilakukan satu kelas namun penilaian tetap individu. Dalam pertunjukan mulai dari menjadi MC sampai pemain musik dan pemain teater dilakukan oleh setiap anak tanpa kecuali. Karena itu lah anak-anak menyebutnya sambil menyelam minum air yang mana kostum serta properti untuk teater setelahnya dapat digunakan untuk foto year book. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar. Dua kelompok itu harus menunjukkan sebuah pertunjukkan Snow White serta Cinderella. kelompok Ratih mendapat undian menunjukkan Cinderella.

"Semangat dong jangan cemberut gitu..." Maes berucap sambil mengulurkan dua tangannya untuk mencubit pipi Ratih. Membuat bibir Ratih mengerucut seperti ikan koki yang megap-megap.

"Lephhhaasss—"

"Hahahaha besok gue jemput ya pulangnya?"

"Gak usah gue besok habis ujian praktek ada pemotretan buat buku tahunan sekolah," kata Ratih setelah menyeruput Fanta floatnya.

"Gitu..." Maes mengangguk-angguk dan memasukkan sisa terakhir burger miliknya ke dalam mulut.

Setelah itu keduanya sibuk menghabiskan banyaknya pesanan yang mereka pesan sampai Ratih harus mengangkat tangan tak kuat menghabiskan McFlurry nya.

"Payah lu," ledek Maes.

Cowok itu lalu mengeluarkan sebungkus rokok serta sebuah korek dari saku kemeja flanel-nya. Rokok serta korek itu ia letakkan di atas meja. Sejenak menatap Ratih sebentar yang hanya diberi naikkan alis oleh gadis itu. Maes mengambil satu batang dari dalam bungkus kemudian menyulut rokoknya. Menghisap dengan hisapan teratur dan menghembuskan asapnya sedikit menyamping agar tak terarah pada Ratih. Namun tak mempan, Ratih tetap bisa menghirup asapnya juga.

Biasanya jika Candra yang merokok, Ratih langsung membuang putung rokok yang sedang dihisap Candra. Tapi ini Maes, Ia tidak tahu apakah cowok itu mau diperlakukan seperti itu. Bagaimana jika Maes marah? Bagaimana jika Maes ini tidak suka diatur? Banyaknya pertanyaan yang bercokol di kepalanya membuka pikiran Ratih bahwa sebenarnya dia ternyata tidak benar-benar mengenal Maes. Lalu bagaimana bisa kala itu dia memberi kesempatan kepada Maes? Dan apakah pilihannya itu salah? Apakah sekarang ini dia menyesali pilihannya sendiri?

THE UNWANTED YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang